Cari Blog Ini

Minggu, 30 Mei 2010

penyuluh kehutanan

Arah Penyuluhan Kehutanan.

Kalau kita mencermati UU 41/1999 pasal 56 yang mengatur tentang penyuluhan kehutanan, maka terdapat hal-hal yang sangat mendasar untuk dicermati yaitu :

Pertama, penyuluhan kehutanan dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Pemerintah jangan diartikan hanya pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah sebagai institusi pemerintah (birokrat) yang sudah diberi kewenangan untuk menyelenggara-kan penyuluhan kehutanan, demikian pula tentang masyarakat. Masyarakat yang mana ? tentu masyarakat yang mempunyai kapasitas dan potensi untuk menggerakkan atau menyuluh masyarakat lainnya baik perorangan maupun kelompok, misalnya tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh budaya, kader konservasi alam, kader usaha tani menetap, kelompok pecinta alam, kelompok sukarelawan pencegah kebakaran hutan, kelompok usaha produktif, kelompok pelestari alam dan sebagainya, yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan hutan dan kehutanan.

Kedua, pemerintah memprakondisikan agar semua yang terkait dengan penyuluhan kehutanan dapat berdaya atau memberdayakan dirinya. Dalam rangka memprakondisikan keadaan tersebut, pemerintah berperan sebagai regulator, fasilitator dan supervisor.

Secara sederhana pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas dan produktifitas kearah kemandirian.

Penyuluhan kehutanan lebih fokus menangani masalah manusianya atau masyarakat agar berdaya menjadi pelaku pembangunan kehutanan yang dapat dihubungkan dengan aspek ekonomi, lingkungan, sosial bahkan aspek agama dan budaya. Berbagai contoh, yang terkait dengan agama adalah “Hutan Larangan” dan budaya adalah “Hutan Baduy”. Hutan tersebut dapat dijaga kelestariannya karena didukung oleh faktor agama dan budaya. Masyarakat akan berdaya apabila dibangun, diperkuat atau dikembangkan kelembagaannya dan diberi pendampingan kearah kemandirian. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menguatkan SDM, organisasi, aturan main, dan sarana prasarananya, pemberian akses berupa ilmu pengetahuan, modal dan pemasaran serta kemitraan dan jaringan kerja. Melalui pola tersebut diharap-kan terjadi perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap masyarakat.

Dari uraian tersebut diatas dapat diringkas bahwa penyuluhan kehutanan akan diarahkan pada pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kelembagaan dan pendampingan agar terjadi masyarakat yang produktif dan mandiri berbasis pembangunan hutan dan kehutanan.

Program Penyuluhan Kehutanan.

Ada 6 (enam) program untuk melaksanakan penyuluhan kehutanan yang berintikan pada Pengembangan Kelembagaan; Pengembangan SDM; Pengembangan Sistem, Metode dan Materi; Optimalisasi Sarana, Prasarana dan Alat Bantu; Pemberdayaan Masyarakat Sasaran dan Pengembangan Jaringan Kerja dan Kemitraan.

Keenam program tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi harus berjalan seimbang dan dilaksanakan bersama oleh unsur pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.

Kondisi Penyuluhan Kehutanan.

Penyuluhan kehutanan akan berjalan lebih baik apabila terdapat kepastian karier bagi penyuluhnya, adanya penghargaan profesinya dan adanya jaminan kesejahteraan bagi penyuluhnya serta adanya aturan operasional penyuluhan kehutanan yang jelas.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan penyuluhan kehutanan tersebut, maka terdapat 7 (tujuh) pondasi yang harus mendapatkan perhatian, yaitu :

* 3 (tiga) pondasi untuk kepastian karier,
* 1 (satu) pondasi untuk mendukung penghargaan profesi penyuluh kehutanan dan kesejahteraan,
* 3 (tiga) pondasi untuk acuan operasionalnya.

Tiga pondasi untuk memberikan kepastian karier penyuluh, yaitu :

1) SK MENPAN No. 130/KEP/M.PAN/12/2002 tanggal 3 Desember 2002, yang mengatur tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka Kreditnya,

2) Kep Ka BKN No 35 Tahun 2003 tentang Juklak Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan

3) Kep Menhut No 272/Kep-II/2003 tentang Juknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan.

SK MENPAN telah menetapkan, bahwa Penyuluh Kehutanan terbagi dalam 2 kelompok yaitu Penyuluh Kehutanan Ahli (PKA) dan Penyuluh Kehutanan Terampil (PKT). Penyuluhan Kehutanan Ahli (PKA) adalah jabatan fungsional penyuluh kehutanan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu. Sedangkan Penyuluh Kehutanan Terampil (PKT) adalah jabatan fungsional penyuluh kehutanan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu.

Pengumpulan angka kredit bagi Penyuluh Kehutanan didasarkan pada proses dan hasil karya, sehingga memberikan peluang pada Penyuluh Kehutanan untuk dapat mengumpulkan angka kredit sebanyak-banyaknya. Dan sebagai tim penilai angka kredit, lebih banyak melibatkan tenaga fungsional penyuluh, sebagai tenaga profesional dibidangnya.

Selanjutnya satu pondasi untuk mendukung kesejahteraan dan penghargaan profesi adalah Perpres No. 33/2007 yang mengatur tentang Tunjangan Fungsional Penyuluh Kehutanan. Sebelumnya tunjangan fungsional penyuluh kehutanan diatur dengan Perpres No. 27/2006 menetapkan, bahwa penerimaan tunjangan fungsional penyuluh kehutanan berkisar antara Rp. 197.000,- s/d Rp. 440.000,- per bulannya dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Dengan ketentuan yang baru tersebut, tunjangan fungsional penyuluh kehutanan berkisar antara Rp. 240.000,- s/d Rp. 550.000,- per bulan yang nilainya sama dengan penyuluh pertanian yang tunjangannya diatur Perpres No. 32/2007,hal tersebut karena Penyuluhan kehutanan juga termasuk dalam tenaga fungsional rumpun ilmu hayati.

Kemudian tiga pondasi untuk membantu kegiatan operasional penyuluhan adalah SK Menteri Kehutanan No. 8206/Kpts-II/2002 tentang Kriteria dan Standar Penyuluh Kehutanan; SK Menteri Kehutanan no.132/Menhut-II/2004 tentang Pedoman Umum Penyuluh Kehutanan; dan SK Kapusbinluh tentang Penyusunan Perencanaan dan Programa Penyuluhan Kehutanan.

Kriteria dan Standar Penyuluhan Kehutanan diperlukan untuk acuan menguatkan kelembagaan penyuluhan dan menetapkan ukuran keberhasilan penyuluhan. Pedoman umum penyuluhan kehutanan sebagai acuan dan informasi tentang penyelenggaraan penyuluhan kehutanan yang melibatkan unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah dan dunia usaha dan masyarakat. Pedoman perencanaan dan programa penyuluhan kehutanan sebagai acuan membuat rencana prioritas dalam penyuluhan kehutanan dan dapat dijadikan alat kendali penyuluhan. Rencana penyuluhan merupakan rencana institusi penyuluhan sedangkan programa penyuluhan merupakan rencana kelompok penyuluh kehutanan yang merupakan bagian dari rencana penyuluhan kehutanan.

Apa indikator atau Ukuran Keberhasilan Penyuluhan Kehutanan?

Telah disampaikan sebelumnya bahwa melaksanakan penyuluhan lebih ditekankan kepada membangun kapasitas dan produktifitas masyarakat untuk berperan serta membangun hutan dan kehutanan. Kelestarian fungsi dan manfaat hutan merupakan dampak dari kesiapan masyarakat yang sudah mengerti dan memahami tentang manfaat keberadaan berbagai fungsi hutan, dengan demikian untuk mengukur keberhasilan penyuluh kehutanan secara sederhana adalah tumbuh dan berkembangnya Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri (KMPM) berbasis pembangunan kehutanan, Terbentuknya Masyarakat Peduli Api, Kelompok Masyarakat Peduli Satwa, Kader Konservasi, dan Kelompok Pecinta Alam dapat menjadi Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) sebagai mitra kerja penyuluh kehutanan dan kesepahaman (komitmen) masyarakat sebagai pelaku dan pendukung pembangunan hutan dan kehutanan.

KMPM merupakan perwujudan Masyarakat yang berswadaya murni maupun dukungan insentif yang sudah memiliki komitmen kuat sebagai pelaku pembangunan kehutanan, KMPM tersebut tidak harus berbasis ekonomi saja, akan tetapi dapat berbasis lingkungan, sosial, budaya dan agama sepanjang memiliki komitmen untuk

melestarikan fungsi dan manfaat hutan. Sehingga hasil kegiatan KMPM tidak harus berupa fisik tetapi non fisik yang berupa aturan-aturan kelompok yang bersifat lokal.

Atas kesadaran sendiri atau bagian dari anggota KMPM baik perorangan maupun kelompok akan termotifasi untuk menggerakkan masyarakat lainnya untuk berperan serta bergabung dalam kelompoknya atau mengikuti anjuran-anjurannya. Pada kondisi tersebut baik perorangan maupun kelompok kecil anggota KMPM menjadi PKSM. Jadi KMPM menjadi sumber terbentuknya PKSM.

Dengan berkembangnya KMPM dan PKSM mencirikan berkembangnya komitmen masyarakat untuk menyelenggarakan program-program pembangunan kehutanan. Komitmen masyarakat ini dapat di pupuk dan dikembangkan menjadi forum-forum kesepakatan antar kelompok, antar desa maupun forum yang lebih besar berupa Himpunan Masyarakat Pelestari Hutan dan forum komunikasi kader konservasi serta forum komunikasi kelompok pecinta alam.

Apa saja Kompetensi Penyuluh Kehutanan yang dibutuhkan?.

Dalam melaksanakan tugasnya penyuluh kehutanan harus memiliki kemampuan profesional untuk memberdayakan masyarakat atau stake holder lainnya agar secara sadar mendukung dan sebagai pelaku pembangunan kehutanan. Perlu disampaikan bahwa penyuluh kehutanan bukan hanya sebagai penyuluh teknis penghijauan sebagaimana yang dikenal sebelumnya karena merupakan paket dari kegiatan inpres penghijauan. Penyuluh kehutanan saat ini dan kedepan perlu dibentuk menjadi fasilitator pengembangan dan pengawasan kelembagaan masyarakat atau sebagai community organiser untuk melaksanakan dan mendukung pembangunan hutan dan kehutanan.

Sebagai tenaga fungsional yang melaksanakan tugas seperti tersebut, penyuluh kehutanan harus memiliki kemampuan minimal yaitu menguasai dan memahami : teknologi penyuluhan, kelembagaan masyarakat, substansi kehutanan dan sistem agro silvo bisnis. Yang dimaksud dengan teknologi penyuluhan adalah berbagai aspek teknis yang sangat erat hubungannya dengan pengelolaan penyampaian pesan dan mengolah respon dari sasaran penyuluhan. Hal ini sangat terkait dengan metode dan materi serta sistemnya.

Kelembagaan masyarakat dikuatkan melalui pendampingan yang didahului dengan mengidentifikasi potensi masyarakat, potensi SDA serta sarana dan prasarana pendukung. Kegiatan ini dilakukan untuk menetapkan penyuluhan secara partisipatif dan lokal spesifik agar masyarakat dapat memberdayakan dirinya sendiri, SDA dan lingkungannya sarana prasarana pendukung secara efisien dan mendukung kebutuhan hidupnya. Rencana kegiatan penyuluhan tidak lagi ditetapkan oleh penyuluh, tetapi merupakan kesepakatan antara masyarakat yang didampingi dengan penyuluh sebagai pendamping. Rencana kegiatan penyuluhan ini sebagai acuan bersama dan kendali bagi pencapaian keinginan bersama antara penyuluh dan masyarakat.

Sejalan dengan mana penyuluh kehutanan yang harus menjadikan hutan yang perlu direspon oleh masyarakat, maka penyuluh kehutanan bukan hanya menguasai teknik kehutanan secara terbatas tetapi memiliki wawasan dan penguasaan yang lebih luas termasuk kebijakan, jaringan kerja kehutanan, isu internasional tentang kehutanan dan sebagainya.

Mendampingi masyarakat pedesaan yang berbasis kehutanan tidak dapat dilepaskan dari pengelola lahan baik dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan dan bagaimana hasil usahanya dapat dipasarkan secara pasti. Secara umum kepastian pasar ini perlu memperhatikan produktifitas dan kualitas yang tinggi, penjualan yang kontinyu dan harga yang layak untuk mempertahankan kegiatannya. Ciri dari pertanian bukan kehutanan biasanya berdaur pendek sehingga mempunyai daya tarik masyarakat pedesaan untuk mengusahakannya, sedangkan usaha kehutanan khususnya tanaman kayu-kayuan mempunyai daur Lebih lama secepat-cepatnya 5-6 tahun. Agar kepentingan kehutanan dapat dipadukan dengan kebutuhan masyarakat maka diperlukan pola tanaman campuran antara kehutanan dan pertanian dan berdampak pada kegiatan pertanian secara luas baik untuk peternakan dan perikanan. Pola tersebut yang dikenal dengan agroforestry atau wanatani. Yang paling ideal dengan memolakan agroforestry 4 strata tajuk, mulai yang tertinggi tanaman kehutanan, tanaman buah-buahan, tanaman perkebunan dan tanaman bawah tegakan yang tahan naungan. Optimalisasi pemanfaatan lahan akan memberikan peluang hasil jangka pendek dan jangka panjang. Penyuluh kehutanan harus mampu menggali peluang produksi dan pemasaran secara dinamis dan berkelanjutan sehingga keberadaan penyuluh kehutanan dalam mendampingi masyarakat petani pedesaan akan dirasakan manfaatnya. Pertumbuhan pengelolaan usaha argoforestry mulai dari jenis produksi yang terbatas dengan pemasaran lokal oleh kelompok tani sampai menjadi kelompok usaha berbadan hukum yang memasarkan berbagai produk agroforestry. Membangun jaringan kerja dan kemitraan usaha perlu dilakukan sehingga kelompok yang didampingi dapat mengembangkan akses dan asetnya bagi masyarakat sekitarnya. Hasil usaha masyarakat sekitar hutan dapat berupa barang dan jasa dari berbagai fungsi kawasan hutan dan potensi lahan pedesaan sekitar hutan.

Yang paling mendesak bagi penyuluh kehutanan adalah melaksanakan pendampingan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat walau sekecil apapun, karena akan menumbuhkan kepercayaan dan pengakuan masyarakat kepada penyuluh kehutanan.

Apa Peran Penyuluh Kehutanan di Direktorat Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam?

Semenjak diberlakukanya otonomi daerah, pejabat fungsional penyuluh kehutanan diserahkan tanggung jawabnya ke pemerintah kabupaten/kota. Saat itu banyak penyuluh kehutanan yang dimiliki departemen kehutanan (dibaca: RLPS) pindah menjadi pegawai pemerintah daerah. Dengan semakin beratnya tekanan terhadap kawasan konservasi khususnya kawasan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata Alam, dan Taman Nasional, yang tanggung jawab pengelolaanya masih dibawah Departemen Kehutanan (dibaca: Direktorat Jenderal PHKA), maka dipandang perlu ”mengadakan kembali” jabatan fungsional penyuluh kehutanan.

Yang menjadi pertanyaan, Apa peran ”penyuluh kehutanan periode baru” boleh dikatakan seperti itu di tubuh Direktorat Jenderal PHKA?

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) memiliki Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Balai Taman Nasional sebagai penanggung jawab kawasannya. BKSDA merupakan UPT (Unit Pelaksana Teknis) yang mengelola kawasan seperti Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Buru, dan Taman Wisata Alam yang ada di Indonesia. Sedangkan Balai Taman Nasional (BTN) mengelola kawasan taman nasional yang ada di Indonesia.

Jabatan fugsional Penyuluh Kehutanan dibentuk kembali pada kebutuhan CPNS Departemen Kehutanan tahun 2007 dan dibawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi ALam (PHKA). Saat itu jumlah formasi yang diterima sebanyak Penyuluh Kehutanan Terampil 40 orang, dan Penyuluh Kehutanan Ahli sebnyak 25 orang. Dibentuknya jabatan penyuluh kehutanan ini untuk mendukung program-program Dirjen PHKA yang lebih mengarah ke pemberdayaan masyarakat, pengembangan ekonomi masyarakat desa penyangga, meningkatkan peran serta masyarakat, sosialisasi peraturan perundang2an ke seluruh Stakeholder kehutanan. Beberapa program dan kegiatan Dirjen PHKA terkait dengan peran penyuluh kehutanan antara lain :

1. Pemantapan Pemanfaatan Potensi SDH: Fasilitasi peningkatan kualitas produk, peran dan keuangan UKM, Pengembangan pengelolaan hutan wisata

sasaran: Peningkatan produk HHBK, jasa lingkungan dan ekowisata, iklim UKM di bidang kehutanan meningkat, akses kpd SDH meningkat serta pemberian ruang kelola kepada masyarakat untuk menjadi pemain kunci dalam UKM

1. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan SDA & LH: Penyuluhan kehutanan, pengembangan perhutanan sosial

sasaran: Mendorong pengembangan ekonomi masyarakat sekitar hutan

1. Pemantapan Keamanan dalam negeri: penyuluhan kehutanan, menggalang masyarakat peduli pemberantasan illegal logging (Pengamanan hutan swakarsa)

Sasaran: Terwujudnya pemberantasan pemanfaatan & perdagangan hasil hutan illegal secara efektif

1. Perlindungan dan Konservasi SDA: Mendorong swakarsa masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam penanggulangan kebakaran hutan, mengintensifkan relawan-relawan pemadam kebakaran hutan, fasilitasi untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan & pemanfaatan SDA

Sasaran: Penanggulangan kebakaran hutan scr efektif, pengelolaan dan pemanfaatan SDAH scr lestari/berkelanjutan.

1. Rehabilitasi dan Pemulihan cadangan SDA: Fasilitasi upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, kerjasama dgn stakeholder dalam pengelolaan hutan bersama masyarakat

Sasaran: 70% masyarakat sekitar hutan berperan dalam pembangunan

kehutanan

Berikut draft Renstra Dirjen PHKA 2010 – 2014 yang terkait langsung dengan Peran Penyuluh Kehutanan antara lain :

* Fokus pengamanan kawasan hutan :

Pembentukan 233 kelompok/unit Masyarakat Mitra Polhut (MMP).

* Fokus pengendalian kebakaran hutan :

Bimtek bagi guru & Siswa, Penyuluhan, Pembentukan Masyarakat Peduli Api, Partisipasi masyarakat serta kelembagaan pengendalian kebakaran hutan yg kuat di propinsi rawan kebakaran di 17 propinsi, berkurangnya luas areal yang terbakar sebesar 50 % dari tahun 2009

* Fokus pengelolaan kawasan konservasi :

Sosialisasi KSA/KPA/TB, Pedoman Juklak, Juknis, kawasan konservasi (KPA, KSA, TB, HL) 10 Buku, Penyelesaian tata batas partisipatif KPA/KSA yang berbatasan dengan wilayah pembangunan prioritas di 15 lokasi

* Fokus pengelolaan keanekaragaman hayati & produk TSL :

Invesatasi dalam pemanfaatan TSL yang berdampak pada penambahan penerimaan PNBP dan tenaga kerja meningkat sebesar 5 % dari tahun 2009, Penanganan kejadian konflik manusia dengan satwa dilindungi (harimau, gajah, banteng, komodo, beruang, dsb) di 70 lokasi

* Fokus pemanfaatan jasa lingkungan & wisata alam :

Pengembangan pemberdayaan masyarakat (desa konservasi, jejaring kerja), pengembangan bina cinta alam (kader konservasi, pendidikan KSDAHE, Pengembangan Ekonomi produktif, PNBP dibidang Jasling dan Wisata Alam meningkat sebesar 35 % dari tahun 2009, Pembentukan kelembagaan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi melalui Model Desa Konservasi (MDK).

Memperhatikan rencana strategis PHKA tersebut, Penyuluh kehutanan dapat berbangga diri karena perananya di PHKA sangat vital (Penting) dan menentukan. Hampir di setiap kegiatan yang terdapat pada renstra PHKA ini melibatkan peranan penyuluh kehutanan. Semoga peranan ”penyuluh kehutanan episode baru” ini dapat semakin di andalkan baik di Departemen Kehutanan secara umum maupun di PHKA secara khusus. Terus Maju Penyuluh Kehutanan, Hidup Hutan Lestar. Bravo Penyuluh Kehutanan

Hutan

Pengertian Hutan, Manfaat Hutan & Yang Mempengaruhi Persebaran Hutan
A. Pengertian Arti Definisi Hutan
Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta menempati daerah yang cukup luas. Negara Kita Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya dengan tingkat kerusakan yang cukup tinggi akibat pembakaran hutan, penebangan liar, dan lain sebagainya.
B. Fungsi/Kegunaan/Manfaat Hutan Bagi Manusia dan Lingkungan
Hutan memiliki banyak manfaat untuk kita semua. Hutan merupakan paru-paru dunia (planet bumi) sehingga perlu kita jaga karena jika tidak maka hanya akan membawa dampak yang buruk bagi kita di masa kini dan masa yang akan datang.
1. Manfaat/Fungsi Ekonomi
- Hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah menjadi berbagai barang yang bernilai tinggi.
- Membuka lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal.
- Menyumbang devisa negara dari hasil penjualan produk hasil hutan ke luar negeri.
2. Manfaat/Fungsi Klimatologis
- Hutan dapat mengatur iklim
- Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen bagi kehidupan.
3. Manfaat/Fungsi Hidrolis
- Dapat menampung air hujan di dalam tanah
- Mencegah intrusi air laut yang asin
- Menjadi pengatur tata air tanah
4. Manfaat/Fungsi Ekologis
- Mencegah erosi dan banjir
- Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah
- sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayati
C. Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Hutan
1. Keadaan tanah
Daerah gurun pasir akan membentuk hutan yang berbeda dengan daerah tropis yang banyak hujannya.
2. Tinggi rendah permukaan tanah
Jenis hutan beserta isi tanaman dipengaruhi oleh suhu wilayah yang berbeda antara dataran tinggi dan dataran rendah.
3. Makhluk hidup
Manusia dapat menentukan di mana boleh ada hutan dan tidak boleh ada hutan.
4. Iklim
Iklim yang memiliki curah hujan tinggi akan membentuk hutan yang lebat seperti hutan hujan tropis.

TEKNIK PENYUSUNAN PROPOSAL

Proposal adalah usulan kegiatan yang akan dilaksanakan, yang dituangkan secara rinci dan jelas guna meyakinkan para pihak yang diharapkan ikut berperan maupun mendukung kegiatan tersebut.
Dalam penyusunan proposal, perlu melibatkan berbagai pihak terkait sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan tidak terjadi konflik atau hal-hal lain yang tidak diinginkan. Para pihak tersebut meliputi : Perwakilan unsur kelompok, unsur atau tokoh yang berkepentingan dalam pelaksanaan kegiatan dan pendampingan kelompok bila ada.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PROPOSAL:
1. Identifikasi dan Pemilihan Kegiatan
Dilakukan melalui pertemuan kelompok dan mendiskusikan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan tersebut ditentukan berdasarkan potensi yang dimiliki, permasalahan, dan kebutuhan kelompok. Hal ini dilakukan dengan membuatn daftar kegiatan yang dibutuhkan berdasarkan prioritasnya, kemudian dipilih dan ditetapkan kegiatan yang akan dibuat proposalnya.

2. Pembahasan Kegiatan yang Diusulkan
Setelah ditetapkan kegiatan yang akan dibuat proposalnya, dilakukan pembahasan untuk merinci kegiatan tersebut secara jelas yang meliputi :
 Jenis Kegiatan
 Maksud dan Tujuan Kegiatan
 Mengapa kegiatan tersebut diperlukan
 Tempat pelaksanaan kegiatan
 Waktu pelaksanaan kegiatan
 Pihak yang akan melaksanakan atau berperan serta dalam kegiatan
 Bagaimana melaksanakan kegiatan tersebut
 Ukuran keberhasilan kegiatan
 Biaya yang diperlukan dan sumber dananya (berapa bagian memerlukan bantuan, berapa bagian swadana)
 Monitoring dan evaluasi

3. Penyusunan Proposal
Proposal disusun berdasarkan hasil pembahasan pada butir 2 diatas. Bentuk proposal sangat beragam tergantung kebutuhan. Dalam hal ini biasanya proposal diajukan sesuai format yang diberikan oleh calon penyandang dana atau pihak pendukung kegiatan. Namur secara umum hal-hal yang harus termuat dalam proposal adalah sebagaimana diuraikan dalam batir 2 diatas. Yang perlu diingatkan adalah proposal yang dibuat harus bisa meyakinkan pihak terkait bahwa kegiatan tersebut memang benar-benar diperlukan., potencial untuk dilaksanakan dan memberikan manfaat positif baik bagi pelaksana maupun pihak terkait lainnya.
PENYUSUNAN PROPOSAL
Sistematika penyusunan proposal Sangat beragam, mulai dari yang ringkas dan sederhana ingá yang kompleks dan lengkap. Namur secara umum, proposal harus mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Nama Kegiatan
Nama kegiatan sebagai judul utama harus jelas dan bisa menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan secara keseluruhan.
2. Pendahuluam
Pendahuluan berisi :
 Latar belakang : Uraian tentang mengapa kegiatan tersebut diperlukan.
 Maksud dan Tujuan Kegiatan : Uraian maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

3. Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Uraian tentang lokasi pelaksanaan kegiatan.

4. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Uraian tentang waktu pelaksanaan kegiatan. Disebutkan secara rinci dan jelas dengan jadwal pelaksanaan masing-masing bagian kegiatan.

5. Pihak Yang Akan Melaksanakan atau Berperan Serta Dalam Kegiatan
Uraian rinci tentang para pihak yang akan terlibat dalam kegiatan tersebut misalnya :
 Siapa penanggung jawab kegiatan tersebut ?
 Siapa pengelola dananya ?
 Siapa pelaksana lapangannya ?
 Siapa pemandunya ?
 Siapa pesertanya ?
 Instansi/pihak mana yang akan diminta bantuannya ?
 Dst

6. Bagaimana Melaksanakan Kegiatan Tersebut
Uraian tentang tahap-tahap pelaksanaan kegiatan sesuai dengan urutan berikut teknis/cara pelaksanaannya secara detil.

7. Ukuran Keberhasilan Kegiatan
Uraian tentang ukuran atai kriteria dan indikator keberhasilan kegiatan.

8. Biaya yang Diperlukan dan Sumber Dana
Uraian tentang biaya yang diperlukan guna membiayai kegiatan. Disini harus dijabarkan secara rinci biaya yang diperlukan untuk setiap bagian kegiatan dan sumber dananya. Juga harus disebutkan secara jelas biaya yang diharapkan akan dibantu oleh calon penyandang dana, biaya swadana dan biaya yang dibiayai oleh sumber lainnya.

9. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Uraian tentang bagaimana kegiatan tersebut akan dimonitor dan dievaluasi pelaksanaan dan keberhasilannya. Disini juga harus dicantumkan secara jelas siapa yang akan memonitor dan mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan.
LEGALITAS PROPOSAL
Sebagai legalitas, proposal yang diajukan harus ditandatangani oleh Ketua Kelompok/Lembaga pengaju proposal. Bila perlu juga diketahui oleh pihak-pihak terkait yang mendukung kegiatan tersebut, misalnya Kepala Desa atau Instansi yang ada.

Selasa, 25 Mei 2010

Wisata alam sangkima taman nasional kutai

Taman nasional kutai merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesia yang terletak di propinsi Kalimantan timur dengan luas 198.629 ha. Sebagai kawasan konservasi, taman nasional kutai berfungsi untuk melindungi dan melestarikan hutan tropis daratan rendah, keanekaragaman hayati, margasatwa langka, plasma nutfah, persediaan air dan ekosistem.
Seiring dengan pergeseran kebijakan di sektor kehutanan dari timber management kepada multi purpose and multi function management, maka pengembangan obyek wisata di taman nasional harus mencakup dimensi yang lebih luas dan memperhatikan kemungkinan pemanfaatan potensi obyek wisata alam yang ada didalam kawasan taman nasional.
Taman nasional kutai memiliki spesies endemik Kalimantan dan beberapa spesies langka serta akan dan atau telah terancam punah. Separuh dari mamalia Kalimantan ada di kawasan ini, termasuk 11 dari 13 spesies primata Kalimantan, berisikan pula populasi-populasi spesies yang berharga dan terancam punah seperti orang utan,banteng, dan macan dahan. Dikenal mempunyai 300 spesies burung, lebih dari separuh jumlah yang ada di kalimantan.
Sangkima merupakan salah satu tempat tujuan wisata di kawasan taman nasional kutai, memiliki formasi hutan ulin dan dipterocarpaceae yang masih cukup bagus serta merupakan habitat dari berbagai jenis fauna. Sebagai contoh ulin raksasa yang sampai sekarang masih merupakan salah satu obyek wisata di sangkima di samping spesies spesies lainnya. Sedangkan untuk fauna dapat dijumpai berbagai jenis primata terutama pada musim-musim tertentu seperti orang utan (Pongo pygmaeus), owa-owa (Hylobates muelleri), beruk (Macaca nemestrina); jenis-jenis Aves seperti Enggang papan (Buceros rhinoceros), raja udang (Halycon spp.), ayam hutan (Gallus sp.) dan sebagainya.
Daya tarik atau fenomena alam yang mendukung dari wisata alam sangkima ini adalah “pemandian tujuh putri”. Obyek ini merupakan salah satu anak sungai yang aliran airnya melalui kolam yang bertingkat tingkat dan alirannya juga tidak pernah kering pada musim kemarau sekalipun.
Potensi atraksi terutama buatan manusia dan sarana prasarana wisata di sangkima dapat di golongkan menjadi 5 bentuk yaitu :
1. Trail wisata
Trail wisata yang terdapat di sangkima merupakan tracking wisata berupa boardwalk menuju pohon ulin raksasa sepanjang kurang lebih 800 meter dan loop trail (jalan setapak) sepanjang kurang lebih 3,2 km, yang sudah dilengkapi papan petunjuk arah dan sebuah shelter. Trail ini digunakan sebagai sarana interpretasi hutan pada wisata alam sangkima yang dapat dijumpai obyek-obyek alam dan atraksi-atraksi buatan yang menarik dan menantang seperti :
a) Pohon-pohon yang berdiameter besar seperti pohon ulin, kruing, tebu hitam dan jenis lainnya.
b) Jembatan gantung yang menyebrangi sungai sangkimah
c) Jembatan log, terbuat dari cabang-cabang pohon ulin sebagai pijakan.
d) Jembatan sling yang menantang untuk menguji keberanian, yang terbuat dari tiga kawat sling, satu untuk pijakan dan dua buah lagi sebagai pegangan keseimbangan.
e) Rumah pohon, berupa sebuah rumah-rumahan yang dibuat diatas sebatang pohon ulin dan dilengkapi tangga yang terbuat dari pohon ulin pula. Rumah ini dapat digunakan untuk mengamati burung atau menikmati pemandangan tajuk-tajuk pohon sekitar.

2. Lokasi perkemahan
Areal perkemahan seluas kurang lebih 250 m2 terletak di samping guest house dengan kapasitas 15-25 orang
3. Wisma tamu
Terdapat satu buah wisma dengan tiga kamar tidur, satu ruang tamu dan kamar mandi/wc.
4. Pusat informasi
Untuk menunjang kegiatan wisata di sangkima, wisata alam sangkima dilengkapi sebuah ruangan informasi yang berguna untuk menerangkan potensi serta gambaran trail wisata dan obyek yang ada pada areal wisata alam sangkima.
5. Areal persemaian
Merupakan areal seluas kurang lebih 160 m2, diperuntukkan sebagai tempat penyediaan bibit tanaman.

Senin, 24 Mei 2010

Potensi pengembangan lebah madu di sekitar kawasan taman nasional kutai

Taman Nasional Kutai memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan ulin/meranti/kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia.
Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.
Pohon ulin yang terdapat di Sangkimah memiliki tinggi bebas cabang 45 m, diameter 225 cm atau keliling batang 706 cm dan volumenya 150 m3. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia.
Salah satu hutan yang ada di taman nasional kutai adalah hutan pantai/ mangrove. Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik (Siregar dan Purwaka, 2002). Masing-masing elemen dalam ekosistem memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Salah satu yang dikembangkan di sekitar kawasan hutan bakau adalah dengan pengembangan lebah madu. Mengingat keragaman flora mangrove yang sebagian besar mempunyai bunga yang mengandung pollen dan nektar sebagai suplai sumber pakan bagi koloni lebah. Berikut ini paparan mengenai lebah madu yang dapat dikembangkan di areal hutan bakau :



1. Anatomi Lebah Madu
Anatomi lebah madu terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu :
A. Struktur Eksternal
• Kepala (caput)
Komponen utama dari kepala adalah mata, antena dan mulut. Mata dibedakan menjadi dua yaitu mata majemuk (compound eyes) yang terletak di kedua sisi kepala dan mata sederhana (ocelli) di bagian dahi dengan letaknya membentuk segitiga. Mulut terdiri dari bagian pemotong benda keras (mandibula) dan proboscis yang berupa belalai berfungsi sebagai penghisap bahan cair seperti air, nektar dan madu. Sepasang antena yang terdapat pada kepala berfungsi sebagai alat peraba yang responsif terhadap rangsangan mekanis dan juga kimiawi.
• Dada (thorax)
Dada berstruktur keras terdiri dari empat segmen yang saling berhubungan erat, yaitu:
• P rothorax : yaitu bagian yang menopang sepasang kaki pertama
• M esothorax : yaitu bagian terbesar yang menopang sayap dan sepasang kaki tengah
• M etathorax : yaitu menopang pasangan sayap belakang dan pasangan kaki belakang
• P ropodeum : yaitu bagian terbesar internal dada diisi oleh otot-otot yang menggerakkan sayap, kaki, kepala dan perut di bawah kooordinasi sistem syaraf.
Lebah memiliki tiga pasang kaki dan masing-masing kaki terdiri dari enam segmen yang dihubungkan oleh penghubung fleksibel. Pada bagian kaki belakang lebah pekerja terdapat sebuah kantong pollen berbentuk konkaf yang berfungsi untuk mengumpulkan pollen (tepung sari bunga). Pollen akan menempel di sepasang kaki belakang lebah madu.
• Perut (abdomen)
Pada lebah ratu dan pekerja, terlihat jelas enam segmen perut dan tiga segmen lainnya mengalami degradasi dan perubahan bentuk sehingga tidak dapat dibedakan. Pada lebah jantan terlihat jelas tujuh segmen. Setiap segmen perut terdiri dari dua lembaran yaitu atas dan bawah, di mana lembaran atas (tergum) lebih besar dari lembaran bawah (sternum).
• Sengat
Sengat lebah madu mirip dengan ovipositor (penyemprot ovum), tetapi telah mengalami modifikasi sehingga cocok untuk menyemprotkan api-toxin (racun lebah). Setelah sengat ditusukkan, tangkai dan kantong toxinnya akan terpisah lepas dari tubuh dan oleh gerakan refleks cepat memompa toxin ke luka yang dibuat. Lebah pekerja yang telah berhasil menyengat korbannya biasanya segera mati.
B. Struktur Internal
• Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan makanan pada lebah madu terdiri dari: mulut, esofagus, kantong madu, proventriculus, ventriculus, usus besar, colon dan rectum.

• Sistem Penginderaan
Sistem penginderaan pada lebah madu meliputi indera penglihat, indera pencium, dan indera peraba. Indera penglihat pada lebah adalah mata majemuk yang berfungsi mendeteksi suatu obyek secara akurat; dan mata ocelli fungsinya belum diketahui secara jelas tapi diduga peka terhadap perubahan intensitas cahaya. Indera pencium terdapat pada antena lebah. Fungsinya untuk mengenali dan mempersepsikan bau secara cepat dan tajam untuk berbagai aktivitas sehari-hari. Indera peraba adalah yang paling berkambang pada lebah madu. Tugas terbanyak lebah pekerja didasarkan atas tuntunan indera peraba. Indera ini bisa menguji secara tepat dan akurat setiap obyek yang disentuhnya.
• Sistem Reproduksi
Organ reproduksi yang berkembang sempurna hanya pada lebah jantan dan ratu. Seekor lebah ratu dewasa yang produktif dapat mengeluarkan telur antara 1000-2000 sel telur per hari. Karena itu ovariumnya sangat besar hampir memenuhi rongga perut. Di dalam tubuh lebah ratu terdapat juga spermateka yang berfungsi menyimpan sperma pada waktu lebah ratu kawin. Sel telur yang dibuahi akan menetas menjadi lebah ratu atau pekerja, tergantung feeding system dan telur yang tidak dibuahi akan menetas menjadi lebah jantan. Ratu lebah dapat menyimpan sperma hidup di dalam spermateka selama beberapa tahun, tiga tahun atau, dan menelurkan telur menurut keinginannya.
C. Jenis Lebah
Ada beberapa jenis lebah ( Pusat Perlebahan Pramuka, 2002.) diantaranya :
1. Apis andreniformis
Lebah ini asli Indonesia yang membangun sarangnya secara tunggal selembar yang digantungkan ditempat-tempat terbuka pada cabang-cabang pohon atau bukit batu yang terjal. Sampai saat ini belum bisa dibudidayakan.
2. Apis cerana
Merupakan lebah madu asli Asia dan telah lama dibudidayakan. Cara pemeliharaannya sebagian masih tradisional di dalam gelodok atau tempat-tempat sederhana lainnya. Sebagian sudah memelihara secara modern dalam kotak stup yang bisa dipindah-pindahkan. Lebah ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi, namun sangat agresif.
3. Apis dorsata
Berkembang hanya di kawasan sub tropis dan tropis Asia dan dikenal sebagai madu hutan. Di Indonesia banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Mempunyai sifat yang agresif dan ganas, sehingga sampai saat ini belum bisa dibudidayakan.

4. Apis florea
Lebah jenis ini memiliki ukuran tubuh yang paling kecil diantara species lebah madu lainnya. Bisa berasosiasi dengan Apis cerana , Apis dorsata , Apis mellifera .
5. Apis konchevnikovi
Merupakan species yang baru dikenal oleh beberapa ilmuwan. Terdapat warna merah disebagian besar tubuhnya, dengan ukuran lebih besar dari A. cerana. Bisa di temukan di Kalimantan dan Sumatera bagian barat.
6. Apis laboriosa
Hanya terdapat di pegunungan Himalaya, pada ketinggian > 1200 m diatas permukaan laut (m dpl). Informasi masih sangat terbatas.
7. Apis mellifera
Hampir semua budidaya lebah madu memilih jenis ini, termasuk di Indonesia. Keunggulan dari lebah ini adalah: jinak, adaptable, tidak mudah kabur, relatif mudah perawatannya, dan produktif. Tetapi ada satu kelemahannya, lebah ini peka terhadap penyakit, terutama terhadap parasit tungau Varroa. Dengan keunggulannya maka lebah ini berpotensi untuk di budidayakan pada ekosistem mangrove.
D. Pengenalan Koloni Lebah
Dalam 1 (satu) koloni lebah hanya terdapat 1 (satu) ekor ratu (queen), puluhan sampai ratusan lebah jantan (drones), belasan ribu sampai puluhan ribu lebah pekerja (worker-bees), ditambah anggota lainnya seperti telur, larva dan pupa.
Koloni lebah madu merupakan satu kumpulan lebah yang terorganisasi sangat baik dengan pembagian peran sebagai berikut :
Ratu (queen), mempunyai tugas sebagai penghasil telur. Ukuran tubuh 2 (dua) kali lebih panjang dan 2,8 kali bobot lebah pekerja. Mampu bertelur 1000-2000 telur per hari sampai umur 3-5 tahun.
Jantan (drones), satu-satunya fungsi lebah jantan selama hidupnya adalah mengawini ratu perawan (virgin queen). Mata dan sayapnya lebih besar dari kedua strata lebah lainnya.
Lebah pekerja (worker-bees), adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berkembang sempurna. Tetapi lebah pekerja mempunyai organ-organ tubuh yang memungkinkannya mampu melakukan berbagai tugas dalam koloni.
E. Pengelolaan Koloni
Tujuan utama dari pengelolaan koloni adalah menjaga koloni lebah agar tetap hidup, berkembang biak dan sehat serta menjamin produk-produk perlebahan antara lain madu, royal jelly dan pollen dapat terus dihasilkan tanpa mengganggu perkembangan koloni tersebut.

Untuk menjaga agar koloni lebah tetap survive ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
• Menempatkan koloni lebah pada lokasi sesuai yang dikehendaki dengan memperhatikan ketersediaan pangan, ketinggian tempat, tingkat polusi udara dan suara, bukan daerah pertanian yang menggunakan pestisida secara intensif.
• Mempersatukan koloni kecil dan lemah dengan maksud mempertahankan keberadaan koloni.
• Pengembangan koloni.
• Pengendalian hama dan penyakit.
• Pemeriksaan koloni dilakukan secara teratur (2-3 kali seminggu).
F. Sumber Pakan Lebah
Sumber pakan lebah madu adalah tanaman yang meliputi: tanaman buah-buahan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, tanaman pangan dan perkebunan , tanaman kehutanan, termasuk flora mangrove. Syaratnya adalah bunga dari tanaman tersebut mengandung nektar dan tepungsari bunga (pollen) .
 Nektar
Nektar adalah zat manis yang berasal dari tanaman, mengandung 15-50% larutan gula. Nektar berfungsi sebagai sumber energi untuk mempertahankan suhu tubuh koloni lebah dan juga merupakan bahan baku pembuatan madu. Pada tanaman, nektar dihasilkan pada bagian: dalam atau dekat bunga disebut nektar floral; dan nektar yang dihasilkan pada bagian lain tumbuhan disebut nektar ekstrafloral.
 Pollen
Pollen dimakan oleh lebah madu sebagai sumber protein dan lemak, dan sedikit karbohidrat dan mineral. Diperoleh dari bunga berupa tepungsari (sel kelamin jantan tumbuhan). Pollen diletakkan di 2/3 kapasitas sel, kemudian dilapisi dengan madu untuk mencegah pembusukan.
G. Kemampuan Mencari Pakan
Kemampuan terbang lebah madu mencari makan sejauh 1-2 km. Selama 1 hari mampu mengumpulkan kurang lebih 40mg dari berbagai bunga dalam beberapa kali penerbangan. Banyaknya nektar yang ditimbun sebagai madu dalam sarang dipengaruhi oleh:
• Ukuran dan komposisi populasi dalam koloni, terutama kehadiran dan kualitas ratu;
• Sifat menimbun lebah pekerja ada hubungannya dengan faktor genetis
• Keadaan cuaca: temperatur, kelembaban, kecepatan angin dan fotoperiode
• Kapasitas ruang penyimpanan yg tersedia pada sisiran sarang.



H. Peralatan Budidaya Lebah Madu
Peralatan utama dalam beternak lebah madu adalah rumah lebah madu berupa kotak dari papan kayu (sengon atau randu) yang disebut stup. Satu stup berisi 6-7 sisiran sebagai satu koloni dengan 1 lebah ratu.
Peralatan pelengkap: 1). Fondasi sarang, digunakan untuk mempercepat pembangunan sarang; 2). Penyekat ratu digunakan untuk menahan gerak atau menghalangi ratu supaya tidak naik ke kotak super; 3). Kurungan ratu digunakan untuk mengamankan ratu atau mengenalkan ratu sementara waktu pada koloni yang membutuhkan ratu baru; 4). Mangkokan ratu digunakan untuk membuat calon-calon ratu baru; 5). Bingkai stimulasi (feeder frame) digunakan untuk wadah pakan tambahan (stimulasi gula-sirop ).
Perlengkapan petugas: 1). Pengasap untuk menjinakkan lebah; 2). Penutup muka; 3) Pengungkit; 4).Sarung lebah; 5). Sikat lebah digunakan pada waktu panen madu untuk menghalau lebah dari sisiran sarang.
Peralatan lain: 1) ekstraktor digunakan untuk mengeluarkan madu tanpa merusak sarang; 2) Bejana penampung madu; 3)Alat penyaring; 4) mangkokan royal jelly untuk memproduksi royal jelly atau mengembangbiakkan lebah ratu; 5).Alat pengambil larva; 6). Alat pengambil royal jelly; 7). Pinset/supit; 8) Alat penyaring royal jelly.
I. Potensi Flora Mangrove
Sebagian besar flora mangrove memiliki bunga yang mengandung nektar dan pollen yang dibutuhkan oleh lebah sebagai sumber pakannya. Beberapa jenis flora mangrove yang mengandung nectar dan pollen :
Mangrove Sejati, Acanthus ebracteatus, Acanthus licifolius, Aegialitis annulata, Aegiceras corniculatum, Aegiceras floridum, Amyema gravis, Avicenia alba , Avicenia lanata, Avicenia marina, Avicenia officinalis, Bruguiera cylindrical, Bruguiera exaristata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera parviflora, Bruguiera sexangula, Camptostemon schultzii, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria agallocha, Gymnanthera paludosa, Heritiera littoralis, Kandelia candel, Lumnitzera littorea, Lumnitzera racemosa, Nypa fruticans, Osbornia octodonta, Phemphis acidula, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sarcolobus globosa, Scyphiphora hidrophyllacea, Sonnertia alba, Sonneratia caseolaris, Sonneratia ovate, Xylocarpus granatum, Xylocarpus mekongensis, Xylocarpus moluccensis, Xylocarpus rumphiis, Mangrove Ikutan, Calophyllum inophyllum, Cerbera manghas, Clerodendrum inerme, Derris trifoliate, Hibiscus tiliaceus, Pandanus odoratissima, Pandanus tectorius, Passiflora foetida, Sesuvium portulacastrum, Terminalia cattappa.
J. Antisipasi Masa Paceklik
Masa paceklik adalah masa dimana tanaman pakan lebah tidak sedang berbunga, atau tidak tersedia sumber pakan di lapangan dalam jumlah yang cukup sehingga koloni lebah kekurangan pakan. Untuk mengatasi masa paceklik, maka dapat dilakukan dengan memindahkan koloni-koloni atau mengangon ke lokasi baru dengan ketersediaan pollen dan nektar yang cukup banyak. Bisa juga dilakukan dengan penanaman / penyediaan bunga (bunga matahari atau jenis lain) disekitar lokasi budidaya. Cara terakhir apabila tidak melakukan migratory adalah pemberian stimulan berupa cairan gula pasir (1 liter air : 1 kg gula pasir ). Dengan cara demikian maka kelangsungan koloni lebah dapat terjaga.
K. Hama dan Cara Penanganan
Hama yang bisa menyerang keberadaan lebah madu antara lain:
• Tabuhan / tawon
Masih termasuk keluarga lebah tetapi pemangsa lebah madu. Pengendaliannya dengan membuat perangkap atau membakar sarang tawon ini.
• Semut
Pada serangan ringan, lebah madu tidak begitu terganggu tetapi pada seranga yang berat lebah akan hijrah. Cara menanggulanginya biasanya dengan mengoleskan oli pada kaki bangku standar stup. Secara kimiawi dilakukan dengan insektisida, dengan catatan tidak mengenai lebah dan tidak pada waktu masa produksi madu.
• Ngengat lilin
Biasanya merusak sarang lebah. Cara mengatasinya dengan: 1). Menangkap dan mematikan larva dan telur; 2). Mengecilkan pintu masuk stup; 3). Memasukkan sarang terserang pada koloni yang kuat; 4). Sanitasi lingkungan (membakar sarang rusak dan tak terpakai)
• Tungau
Tungau endoparasit adalah jenis yang hidup di saluran pernafasan lebah dan menyebabkan kematian serta serangan awalnya sulit dikenali. Tungau jenis Ektoparasit ada 2 jenis: varroa jacob dan tropilaelaps clareae. Kedua jenis tungau ini menempel di tubuh lebah yang dapat menyebabkan kematian. Pengendaliannya secara kimiawi tanpa mengganggu lebah dan tanpa pencemaran madu adalah menggunakan belerang dan kapur barus yang ditaburkan di atas karton. Kemudian disisipkan di bawah sisiran sarang pada malam hari selama 3-4 kali. Dengan cara budidaya, adalah dengan mengembangkan koloni agar lebah bisa melakukan perlawanan terhadap tungau.
L. Produk Perlebahan
Beberapa produk yang bisa diperoleh dari hasil budidaya lebah madu adalah :
• Madu
Faktor yang mempengaruhi produksi madu adalah:
 ketersediaan pakan lebah penghasil nektar dan pollen
 cuaca, kelembaban dan temperatur udara
 proporsi koloni lebah yang tertinggi pada saat produksi nektar paling banyak
 Pollen
Pollen adalah tepung sari bunga yang dikumpulkan dan dibawa lebah di kedua kaki belakangnya. Pollen bisa dikumpulkan dengan cara memasang pollen trap di pintu masuk stup. Pollen perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan di freezer (tempat terbaik untuk penyimpanan pollen). Pollen memiliki berbagai manfaat dan nilai jual. Bisa juga pollrn diberikan ke lebah pada saat paceklik pakan.
• Royal Jelly
Royal jelly sebenarnya adalah pakan khusus/utama untuk larva lebah ratu. Produksi royal jelly adalah dengan menggunakan mangkokan ratu yang diisi dengan larva umur 1-2 hari (grafting) dan dipasangkan pada bingkai frame yang selanjutnya dimasukkan kedalam koloni. Pemanenan royal jelly dilakukan setelah 3-4 hari dari mulai grafting dengan cara mengeruk royal jelly dari queen cell. Penyimpanan terbaik di freezer. Royal jelly memiliki nilai jual tinggi dan banyak manfaat yang cukup banyak.
• Malam ( Lilin lebah, Wax)
Penggunaan malam tidak terbatas pada bidang industri lilin saja, tetapi dapat digunakan untuk industri antara lain kosmetik dan tehnik.
• Propolis
Propolis adalah bahan rekat atau dempul bersifat resin yang dikumpulkan oleh lebah pekerja dari kuncup, kulit, atau bagian lain dari tumbuhan. Dalam sarang digunakan untuk menutup celah, retakan, memperkecil lubang pintu masuk. Kandungan kimia dalam propoplis antara lain: zat aromatik, zat wangi, zat antibiotik, mineral. Dimanfaatkan sebagai obat, tapal gigi, luka usus, dll.
• Apitoxin (bee venom)
Apitoxin adalah racun atau bisa lebah yang dihasilkan lebah madu (Apis mellifera, Apis cerana, Apis dorsata) dari jenis lebah pekerja. Apitoxin mengandung senyawa kimia antara lain: triptofan, kolin, gliserin, asam fosfat, asalm falmitat, asam lemak, apramin, peptida, enzim, hystamin dan mellitin. Kandungan tertinggi adalah protein 20% (Apis mellifera). Protein yang terutama adalah mellitin. Senyawa yang ada tergolong mirip dengan senyawa yang diproduksi oleh tubuh manusia, kecuali mellitin yang dihasilkan khusus oleh lebah yang memiliki aktivitas anti bakteri yang kuat dan tahan terhadap penisilin serta anti reumatik. Manfaat sengatan lebah untuk penyembuhan beberapa penyakit antara lain: reumatik, sakit kepala, salah urat, tekanan darah tinggi/rendah,dll. Kontra indikasinya adalah penyakit jantung dan TBC.
Berbagai macam produk yang dihasilkan dari budidaya lebah madu merupakan suatu potensi yang sangat baik untuk dikembangkan dan bisa dijadikan salah satu alternatif pendapatan untuk masyarakat. Terutama masyarakat yang bertempat tinggal disekitar wilayah hutan magrove yang memiliki potensi berupa kelimpahan jenis dengan bunga yang banyak mengandung nektar dan pollen sebagai pakan lebah serta musim berbunga dari beberapa jenis yang terdapat sepanjang tahun.
Diharapkan kedepan bahwa budidaya lebah madu pada ekosistem mangrove sebagai salah satu alternatif mata pencaharian masyarakat sekitar hutan mangrove. Dengan demikian selogan “Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera” bisa terwujud.

Tanaman obat dari hutan (pulai)

Taman nasional kutai menyimpan potensi tumbuhan yang dapat di kembangkan sebagai obat atau untuk mendukung kesehatan. Data dari berbagai penelitian dan survey,setidaknya ada 220 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai obat di taman nasonal kutai. Tumbuh tumbuhan tersebut meliputi pohon, herba dan liana yang tersebar dan berasosiasi satu dengan yang lain membentuk ekosistem hutan tropis yang komplek.
Di Indonesia tumbuh tumbuhan yang berkhasiat obat tersebut masih sangat sedikit yang dikembangkan dalam skala industry. Jenis tumbuhan yang banyak dan bervariasi sebenarnya memberi peluang yang lebih besar bagi pelajar, mahasiswa, peneliti, masyarakat, dan farmasi untuk mengembangkan berbagai tumbuhan hutan sebagai obat di masa yang akan dating.
Salah satu tanaman obat yang terdapat di taman nasional kuati adalah tanaman pulai (alstonis scholar), berikut hal hal yang berkaitan dengan tanaman pulai:
Nama Umum : Pulai (alstonia scholaris)
Nama Lokal :
Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura). kayu gabus,; pulai (Sumatera).hanjalutung (Kalimantan).kaliti, reareangou,; bariangow, rariangow, wariangow, mariangan, deadeangow,; kita (Minahasa), rite (Ambon), tewer (Banda), Aliag (Irian),; hange (Ternate). devil’s tree, ditta bark tree (Inggris).; Chatian, saitan-ka-jhad, saptaparna (India, Pakistan).; Co tin pat, phayasattaban (Thailand).;
Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan Pulai tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl.
Pulai kadang ditanam di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 – 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 – 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warna hijau.
Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 – 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Kulit kayu rasanya pahit, tidak berbau.


KANDUNGAN KIMIA :
Kulit kayu mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci 2. Ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat menekan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara invitro menekan perkembang telur berembrio menjadi larva an pada dosis 65 mg/ml 3. Pemberian infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai efek hipoglikernik
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Demam, malaria, limfa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, ; Kurang napsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, anemia, ; Kencing manis (diabetes melitus), wasir, gangguan haid, bisul,; Tekanan darah tinggi (Hipertensi), rematik akut, borok (ulcer), ; Beri-beri, masa nifas, payudara bengkak karena ASI.;
BAGIAN YANG DIGUNAKAN :
Kulit kayu dan daun. Kulit kayu dikeringkan dengan cara di jemur atau pemanasan.
INDIKASI :
Kulit kayu dapat mengatasi : demam, malaria, limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, kencing manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi),wasir, anemia, gangguan haid, dan rematik akut.
Daun dapat digunakan untuk mengatasi: borok (ulcer), bisul, perempuan setelah melahirkan (masa nifas), beri-beri, dan payudara bengkak karena bendungan ASI.
CARA PEMAKAIAN :
Kulit kayu sebanyak 1-3 g direbus, lalu minum. Untuk pemakaian luar, getahnya diteteskan untuk mematangkan bisul, tertusuk duri dan radang kulit. Air rebusan kulit batang pulai digunakan untuk mencuci luka, radang kulit bernanah, borok atau sebagai obat kumur pada sakit gigi.

Sabtu, 22 Mei 2010

Taman Nasional Kutai

Taman Nasional Kutai atau biasa disingkat TNK adalah sebuah taman nasional yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur dan sebagian kecil wilayah Kota Bontang yang memiliki lahan total seluas 198.629 ha. Kantor atau balai pengeloloa TNK berada di Kota Bontang. Namun seiring masuk tahun 2000-an, wilayah TNK ini mulai dirambah penduduk untuk dijadikan pemukiman dan lahan perkebunan sehingga wilayah TNK yang masih benar-benar asli mungkin jauh dibawah lahan yang seluas 198.629 ha pada akhir tahun 1990-an.

Letak, topografi dan penutupan lahan

TN Kutai membentang di sepanjang garis khatulistiwa mulai dari pantai Selat Makassar sebagai batas bagian timur menuju arah daratan sepanjang kurang dari 65 km. Kawasan ini juga dibatasi Sungai Sangatta di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi Hutan Lindung Bontang dan HTI PT Surya Hutani Jaya, dan sebelah barat dibatasi ex HTI PT Kiani Lestari dan HTI PT Surya Hutani Jaya
TN Kutai secara geografis berada di 0o7’54” - 0o33’53” LU dan 116o58’48” - 117o35’29” BT, sedangkan secara administrasi pemerintahan, kawasan dengan luas 198.629 ha ini terletak di Kabupaten Kutai Timur (± 80%), Kabupaten Kutai Kartanegara ( ±17,48%) dan Kota Bontang (±2,52%)
Berdasarkan hasil pengolahan citra radar tahun 2005, diperoleh informasi bahwa secara umum TN Kutai memiliki topografi datar yang tersebar hampir di seluruh luasan kawasan (92%) dan topografi bergelombang hingga berbukit-bukit tersebar pada bagian tengah kawasan yang membentang arah utara selatan (8%). Sebagian besar kawasan memiliki kelas ketinggian antara 0 – 100 m dpl (61%) yang tersebar pada bagian timur dan barat kawasan. Tingkat ketinggian bagian tengah kawasan antara 100 – 250 m dpl (39%).

Deskripsi penutupan lahan paling mutakhir dihasilkan dari interpretasi citra landsat yang dilakukan pada bulan September 2005. Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat ini, luas kawasan TN Kutai bertambah menjadi 198.803,59 ha
Geologi dan Tanah

Berdasarkan peta geologi Kalimantan Timur, formasi geologi kawasan ini sebagian besar meliputi tiga bagian, yaitu:

1. Bagian pantai terdiri dari batuan sedimen alluvial induk dan terumbu karang.
2. Bagian tengah terdiri dari batuan miosen atas.
3. Bagian barat terdiri dari batuan sedimen bawah.
klim dan Hidrologi

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, TN Kutai beriklim tipe B dengan nilai Q berkisar antara 14,3 % - 33, 3 %. urah hujan rata-rata setahun 1543,6 mm atau rata-rata 128,6 m dengan rata-rata hari hujan setahun 66,4 hari atau rata-rata bulanan 5,5 hari. Suhu rata-rata adalah 26oC (berkisar antara 21-34 derajat Celcius) dengan kelembaban relatif 67% - 9% dan kecepatan angin normal rata-rata 2 – 4 knot/jam (Site Plan Kepariwisataan TN Kutai, 1995). Sungai-sungai yang mengalir di dalam dan sekitar TN Kutai antara lain: Sungai Sangatta, Sungai Banu Muda, Sungai Sesayap, Sungai Sangkima, Sungai Kandolo, Sungai Selimpus, Sungai Teluk Pandan, Sungai Palakan, Sungai Menamang Kanan, Sungai Menamang Kiri, Sungai Tawan, Sungai Melawan dan Sungai Santan
Ekosistem

Tipe-tipe ekosistem yang terdapat di TN Kutai antara lain (BTNK, 2001):

* Hutan Dipterocarpaceae campuran, sebagian besar terdapat di bagian timur kawasan. Pada kawasan bekas kebakaran telah muncul Macaranga dan perdu.
* Hutan Ulin-Meranti-Kapur, terdapat di bagian barat TN Kutai yang drainase tanahnya kurang baik sampai sedang dan mencakup hampir 50% dari luas TN Kutai.
* Vegetasi hutan mangrove dan tumbuhan pantai, terdapat di sepanjang pantai Selat Makassar.
* Vegetasi hutan rawa air tawar, tersebar pada daerah kantong-kantong sepanjang sungai dan mengandung endapan lumpur yang dibawa banjir.
* Vegetasi hutan kerangas, terdapat di sebelah barat Teluk Kaba.
* Vegetasi hutan tergenang apabila banjir, terdapat pada daerah di sepanjang sungai yang drainase tanahnya kurang baik sampai sedang.

TAMAN NASIONAL KUTAI

Taman Nasional Kutai memiliki berbagai tipe vegetasi utama yaitu vegetasi hutan pantai/mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas, hutan genangan dataran rendah, hutan ulin/meranti/kapur dan hutan Dipterocarpaceae campuran. Taman nasional ini merupakan perwakilan hutan ulin yang paling luas di Indonesia.
Beberapa tumbuhan yang ada di taman nasional seperti bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), simpur (Dillenia sp.), meranti (Shorea sp.), benuang (Octomeles sumatrana), kapur (Dryobalanops sp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), 3 jenis raflesia dan berbagai jenis anggrek.
Pohon ulin yang terdapat di Sangkimah memiliki tinggi bebas cabang 45 m, diameter 225 cm atau keliling batang 706 cm dan volumenya 150 m3. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia.
Berikut paparan meneganai fungsi dan manfaat dari hutan bakau :
Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik (Siregar dan Purwaka, 2002). Masing-masing elemen dalam ekosistem memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistem dari salah satunya (daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Menurut Davis, Claridge dan Natarina (1995), hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:
Inilah Fungsi Hutan Bakau
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
fungsinya sebagai berikut :

1. Habitat satwa langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan tempat mendaratnya ribuan burug pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
2. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.
3. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
4. Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif.
6. Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
7. Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan
8. Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
9. Rekreasi dan pariwisata
H utan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada di dalamnya..
10. Sarana pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
11. Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
12. Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
13. Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
14. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.