Cari Blog Ini

Senin, 24 Mei 2010

Tanaman obat dari hutan (pulai)

Taman nasional kutai menyimpan potensi tumbuhan yang dapat di kembangkan sebagai obat atau untuk mendukung kesehatan. Data dari berbagai penelitian dan survey,setidaknya ada 220 jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai obat di taman nasonal kutai. Tumbuh tumbuhan tersebut meliputi pohon, herba dan liana yang tersebar dan berasosiasi satu dengan yang lain membentuk ekosistem hutan tropis yang komplek.
Di Indonesia tumbuh tumbuhan yang berkhasiat obat tersebut masih sangat sedikit yang dikembangkan dalam skala industry. Jenis tumbuhan yang banyak dan bervariasi sebenarnya memberi peluang yang lebih besar bagi pelajar, mahasiswa, peneliti, masyarakat, dan farmasi untuk mengembangkan berbagai tumbuhan hutan sebagai obat di masa yang akan dating.
Salah satu tanaman obat yang terdapat di taman nasional kuati adalah tanaman pulai (alstonis scholar), berikut hal hal yang berkaitan dengan tanaman pulai:
Nama Umum : Pulai (alstonia scholaris)
Nama Lokal :
Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura). kayu gabus,; pulai (Sumatera).hanjalutung (Kalimantan).kaliti, reareangou,; bariangow, rariangow, wariangow, mariangan, deadeangow,; kita (Minahasa), rite (Ambon), tewer (Banda), Aliag (Irian),; hange (Ternate). devil’s tree, ditta bark tree (Inggris).; Chatian, saitan-ka-jhad, saptaparna (India, Pakistan).; Co tin pat, phayasattaban (Thailand).;
Deskripsi Tumbuhan
Tumbuhan Pulai tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl.
Pulai kadang ditanam di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 – 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 – 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warna hijau.
Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 – 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Kulit kayu rasanya pahit, tidak berbau.


KANDUNGAN KIMIA :
Kulit kayu mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci 2. Ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat menekan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara invitro menekan perkembang telur berembrio menjadi larva an pada dosis 65 mg/ml 3. Pemberian infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai efek hipoglikernik
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Demam, malaria, limfa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, ; Kurang napsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, anemia, ; Kencing manis (diabetes melitus), wasir, gangguan haid, bisul,; Tekanan darah tinggi (Hipertensi), rematik akut, borok (ulcer), ; Beri-beri, masa nifas, payudara bengkak karena ASI.;
BAGIAN YANG DIGUNAKAN :
Kulit kayu dan daun. Kulit kayu dikeringkan dengan cara di jemur atau pemanasan.
INDIKASI :
Kulit kayu dapat mengatasi : demam, malaria, limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, kurang nafsu makan, perut kembung, sakit perut, kolik, kencing manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi),wasir, anemia, gangguan haid, dan rematik akut.
Daun dapat digunakan untuk mengatasi: borok (ulcer), bisul, perempuan setelah melahirkan (masa nifas), beri-beri, dan payudara bengkak karena bendungan ASI.
CARA PEMAKAIAN :
Kulit kayu sebanyak 1-3 g direbus, lalu minum. Untuk pemakaian luar, getahnya diteteskan untuk mematangkan bisul, tertusuk duri dan radang kulit. Air rebusan kulit batang pulai digunakan untuk mencuci luka, radang kulit bernanah, borok atau sebagai obat kumur pada sakit gigi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar