Cari Blog Ini

Minggu, 26 Juni 2011

Brucea javanica (L.) Merr.

Brucea javanica (L.) Merr.

Klasifikasi :
Suku : Simaroubaceae
Marga : Brucea
Sinonim : Brucea sumatrana, Brucea amarissima
Nama Lokal : Kwalot
Nama Daerah : Cerek jantan, Taun, Ki padessa, Belilik, Amber merica

Begitu banyak potensi tumbuhan obat di Taman Nasional Kutai yang belum terekspos. Salah satunya adalah Brucea javanica. Tumbuhan ini dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 0,5-550 m dpl. Dan biasanya terdapat pada belukar, di tepi sungai, hutan jati, hutan sekunder muda, dan sebagai tanaman pagar. Bentuknya memang tidak terlalu menarik dan terlihat seperti semak biasa. Tapi jangan salah.. seluruh bagian tumbuhan ini berfungsi dalam dunia pengobatan tradisional. Seperti kata pepatah don’t judge a book by its cover. Jadi, jangan menilai tumbuhan ini dari bentuk luarnya saja. Untuk lebih jelas mengenal fungsi dan bagaimana mengindentifikasi jenis ini, ulasannya ada di bawah ini.

Identifikasi:
Habitus berupa semak tinggi, tegak, tinggi 1-2,5 m. Batang berkayu, bulat, berbintik-bintik, putih kotor. Susunan daun menyirip ganjil. Anak daun 5-13, sebagian besar berhadapan, anak daun berbentuk bulat telur memanjang lanset, ujung meruncing, tepi bergerigi beringgit, pangkal membulat atau runcing. Bunga berkelamin 1 atau 2, bentuk malai panjang 2-30 cm, tangkai silindris, panjang l 0-60 cm, kehijauan. Perhiasan bunga berupa kelopak dengan daun kelopak lonjong, segmen kelopak sangat kecil, bentuk oval bulat telur terbalik, 0.75-1 mm.
Mahkota bunga memiliki 5 daun mahkota, bentuk memanjang, tumpul, berambut jarang, sepanjang tepi berkelenjar, berwarna hijau ungu. Benang sari sebanyak daun mahkota, kepala sari tidak ada pada bunga betina. Putik pada bunga jantan rudimenter, bertajuk 4. Pada bunga yang berkelamin 2 atau bunga betina bakal buah dan tangkai putik 4, lepas, tonjolan penebalan dasar bunga jelas. Waktu berbunga Januari – Desember. Buah dan biji seperti batu, bulat, hitam. Akar tunggang, putih kotor.

Khasiat :
Biji Brucea javanica mengandung zat pahit, triterpen, sterin, lilin, senyawa fenolik (zat samak). Zat pahit yang terdapat dalam biji Brucea javanica L. Meer terdiri dari bruseantin, bruseantinol, brusein A, B, C, D, dehidrobusein A, brusatol, yadanziolid, yadanziolid A, yadanziolid C, yadanziolid F, senyawa pahit mirip kantin-6-on. Bagian biji digunakan untuk pengobatan penyakit antara lain kanker, disentri, malaria. Akar digunakan untuk mengobati demam, disentri, batuk, rematik. Daun digunakan untuk mengobati demam, kudis, bisul, penawar racun lipan. Buah digunakan untuk mengurangi perdarahan, disentri. Seluruh bagian tumbuhan digunakan dalam pengobatan demam, kejang perut, disentri.

Contoh Penggunaan:
• Pengobatan disentri amuba: 7-10 buah biji kwalot dibuat infusa dengan 110 ml air, diminum 1 kali sehari 100 ml, diulang selama 12 hari.
• Pengobatan malaria: 7-10 buah biji kwalot, 7 gram herba meniran, 1 gram kulit kayu pule dan 110 ml air, dibuat infusa; diminum 1 kali sehari 100 ml; diulang selama 14 hari; untuk pemeliharaan diminum 1 kali sebulan 100 ml.
• Pengobatan diare: 5 gram kulit batang dicuci, diseduh dengan 1 gelas air panas matang. Hasil seduhan diminum dua kali sama banyak selang 2 jam.

Referensi:
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Yayasan Sarana Wama Jaya. Jakarta.
Kebler, P.J.A. 2000. Pohon-Pohon Hutan Kalimantan Timur, Indonesia. Tropenbos-Kalimantan Timur Series 2.
http://subject.forest.gov.tw
http://www.iptek.net.id

Climate Change, Global Warming, Greenhouse Gasses... MASALAHMU ATAU MASALAH KITA BERSAMA?

Climate Change.. Global Warming.. Greenhouse gasses.. Apa yang terpikir ketika mendengar istilah ini? Basi? Mungkin saja. Tapi jika topik ini ditelaah secara mendalam, mencari lebih detail lagi makna yang tersimpan di dalamnya, mungkin perlu dipertimbangkan ulang istilah ‘basi’ yang baru saja terpikirkan.
Apa itu gas rumah kaca, pemanasan global dan perubahan iklim?
Sebelum mengupas perihal climate change (perubahan iklim), greenhouse gasses (gas rumah kaca) ataupun Global Warming (pemanasan global), harus dipahami terlebih dahulu pengertian istilah-istilah tersebut. Perubahan iklim merujuk pada proses yang menghasilkan nilai dari pengukuran iklim seperti suhu, iklim, dll. Nilai ini bisa menurun atau pun meningkat. Sementara itu, pemanasan global merujuk proses peningkatan nilai temperatur yang terjadi di atmosfir terutama pada lapisan troposfir.
Dalam ambang batas tertentu, energi dari matahari memacu cuaca dan iklim bumi serta memanasi permukaan bumi; sebaliknya bumi mengembalikan energi tersebut ke angkasa. Gas Rumah Kaca (GRK) pada atomsfer (uap air, karbondioksida dan gas lainnya) menyaring sejumlah energi yang dipancarkan, menahan panas seperti rumah kaca. Tanpa efek rumah kaca natural ini maka suhu akan lebih rendah dari yang ada sekarang dan kehidupan seperti yang ada sekarang tidak mungkin ada. Jadi GRK menyebabkan suhu udara di permukaan bumi menjadi lebih nyaman sekitar 60°F/15°C.
Perubahan iklim disebabkan oleh faktor alam dan manusia. Apa yang menyebabkan perubahan iklim? Salah satunya adalah pemanasan global. Pemanasan global terjadi jika efek rumah kaca seperti CO2 (Karbon Dioksida), CH4(Metan), N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6 (Sulphur Hexafluoride) yang berlebihan di atmosfer. Gas-gas tersebut adalah adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan menjaring panas pada atmosfer bumi. Jadi, GRK adalah salah satu penyebab dari pemanasan global yang berpengaruh pada perubahan iklim di bumi.
Faktor aktivitas manusia yang merubah komposisi lahan dan struktur dari atmosfir berperan sangat besar dalam pemanasan global ini. Penggunaan bahan bakar minyak dan batubara, kegiatan perindustrian, penyediaan energi listrik, transportasi dan hal lain yang bersifat membakar suatu bahan serta penebangan hutan menjadi penyebab utama heat trapping dari ‘GRK’. Sedangkan dari peristiwa secara alam seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, peternakan hingga bernafas pun mengeluarkan GRK.
Apa bukti bahwa fenomena perubahan iklim itu sudah terjadi?
Rata-rata kenaikan temperatur bumi pada abad 20 ini adalah sekitar 0.6 ± 0.2 0 C. Tahun 1998 dan 2005 tercatat sebagai tahun dengan suhu tertinggi di bumi. Analisis dari penelitian di Antartika menunjukkan saat ini tingkat CO2 di atmosfer menjadi 30% lebih tinggi dibandingkan waktu-waktu sebelumnya dalam 420.000 tahun terakhir dan akan terus bertambah. Pada bulan Desember 1977 dan Desember 2000, Panel Antar Pemerintah mengenai Perubahan Iklim, badan yang terdiri dari 2000 ilmuwan, mengajukan sejumlah pandangan mengenai realitas sekarang ini:
• Bencana-bencana alam yang lebih sering dan dahsyat seperti gempa bumi, banjir, angin topan, siklon dan kekeringan akan terus terjadi. Bencana badai besar terjadi empat kali lebih besar sejak tahun 1960.
• Suhu global meningkat sekitar 5 0 C (10 0 F) sampai abad berikut, tetapi di sejumlah tempat dapat lebih tinggi dari itu. Permukaan es di kutub utara makin tipis karena mencair.
• Penggundulan hutan, yang melepaskan karbon dari pohon-pohon, juga menghilangkan kemampuan untuk menyerap karbon. 20% emisi karbon disebabkan oleh tindakan manusia dan memacu perubahan iklim.
• Sejak Perang Dunia II jumlah kendaraan motor di dunia bertambah dari 40 juta menjadi 680 juta; kendaraan motor termasuk merupakan produk manusia yang menyebabkan adanya emisi carbon dioksida pada atmosfer.
• Selama 50 tahun kita telah menggunakan sekurang-kurangnya setengah dari sumber energi yang tidak dapat dipulihkan dan telah merusak 50% dari hutan dunia.
Apa akibatnya?
Bicara mengenai akibat dari kesemua hal tersebut diatas, perlu ditegaskan (sekali lagi!) bahwa permasalahan ini bukan sesuatu yang cukup dipandang sebelah mata dan akhirnya menjadi basi. Beberapa hal di bawah ini mungkin bisa membuat mata yang lain lebih terbuka:
• Bencana alam: Perubahan iklim terasa dengan pola hujan yang tidak menentu sehingga menyebabkan banjir dan longsor, serta kekeringan. Hal ini juga dirasakan oleh Indonesia dengan tsunaminya di Aceh beberapa tahun yang lalu.
• Sakit penyakit: Resiko penyakit menular yang disebabkan oleh makhluk hidup yang habitatnya di daerah hangat seperti malaria, demam berdarah, penyakit kuning, enchepalitis, kolera, dll semakin meningkat. Waktu dan rentang hidup penyebab penyakit-penyakit ini menjadi lebih panjang. Di Indonesia, pada tahun 1997 ditemukan bahwa nyamuk pembawa malaria bisa survive sampai dengan ketinggian 2103 mdpl. Hal ini terjadi di Irian Jaya.
• Pencairan es di bumi menyebabkan kenaikan permukaan laut yang membawa dampak luas bagi manusia, terutama bagi penduduk yang tinggal di dataran rendah, di daerah pantai yang padat penduduk di banyak negara dan di delta-delta sungai. Banyak negara akan dilanda kekeringan dan banjir.
• Negara-negara miskin akan menderita luar biasa akibat perubahan iklim, sebagian karena letak geografisnya, juga karena kekurangan sumber alam untuk penyesuaian dengan perubahan dan melawan dampaknya. Wakil PBB untuk Program Lingkungan Hidup mengemukakan pada Konvensi Kerangka Kerja PBB pada Konferensi Perubahan Iklim ke-7 di Maroko November 2001 bahwa panen makanan pokok seperti gandum, beras dan jagung dapat merosot sampai 30% seratus tahun mendatang akibat pemanasan global. Mereka cemas bahwa para petani akan beralih tempat olahan ke pegunungan yang lebih sejuk, menyebabkan terdesaknya hutan dan terancamnya kehidupan di hutan dan terancamnya mutu serta jumlah suplai air. Penemuan baru ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari rakyat pedesaan di negara berkembang sudah mengalami dan menderita kelaparan dan gizi buruk tersebut.
• Biaya tahunan untuk menangkal pemanasan global dapat mencapai 300 miliar dollar, 50 tahun ke depan jika tidak diambil tindakan untuk mengurangi emisi GRK. Selama dekade lalu bencana alam telah mengeruk dana sebesar 608 milliar dollar.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya?
1. Protokol Kyoto
a. Sekilas tentang Protokol Kyoto
Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur peserta protokol untuk mencapai tujuan tertentu yang telah disepakati. Para anggota jelas terikat secara normatif untuk mengikuti aturan-aturan di dalamnya dan biasanya dibentuk untuk mempertegas sebuah peraturan sebelumnya (misalnya konvensi) menjadi lebih detil dan spesifik. Dalam kaitannya dengan perubahan iklim, Konvensi Kerangka Kerjasama Persatuan Bangsa-bangsa mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC-United Nations Framework Convention on Climate Change) disetujui pada KTT Bumi (Earth Summit) tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil.
Pada saat Conference of Parties 3-COP (pertemuan otoritas tertinggi tahunan dalam UNFCCC ke-3) diadakan di Kyoto, Jepang, ditetapkan Protokol Kyoto tanggal 12 Desember 1997. COP 3 dapat dipastikan adalah ajang perjuangan negosiasi antara negara-negara ANNEX I (yang lebih dulu mengemisikan GRK sejak revolusi industri) dengan negara-negara berkembang yang rentan terhadap perubahan iklim. Protokol Kyoto adalah satu-satunya kesepakatan internasional untuk berkomitmen dalam mengurangi emisi GRK yang mengatur soal pengurangan emisi tersebut dengan lebih tegas dan terikat secara hukum (legally binding).
Ada dua syarat utama agar Protokol Kyoto berkekuatan hukum:
1. Sekurang-kurangnya protokol harus diratifikasi oleh 55 negara peratifikasi Konvensi Perubahan Iklim. Pada tanggal 23 Mei 2002, Islandia menandatangani protokol tersebut yang berarti syarat pertama telah dipenuhi.
2. Jumlah emisi total dari negara-negara ANNEX I (yang lebih dulu mengemisikan GRK sejak revolusi industri ) peratifikasi protokol minimal 55% dari total emisi mereka di tahun 1990. Rusia akhirnya meratifikasi Protokol Kyoto tanggal 18 November 2004 dan menandai jumlah emisi total dari negara ANNEX I sebesar 61.79%. Protokol Kyoto akhirnya berkekuatan hukum 90 hari setelah ratifikasi Rusia, yaitu pada tanggal 16 Februari 2005.
Dalam Protokol Kyoto disepakati bahwa seluruh negara ANNEX I wajib menurunkan emisi GRK mereka rata-rata sebesar 5.2% dari tingkat emisi tersebut di tahun 1990. Bagi negara NON ANNEX I Protokol Kyoto tidak mewajibkan penurunan emisi GRK, tetapi mekanisme partisipasi untuk penurunan emisi tersebut terdapat di dalamnya, prinsip tersebut dikenal dengan istilah "tanggung jawab bersama dengan porsi yang berbeda" (common but differentiated responsbility).
Isu yang masih tersisa dalam Protokol kyoto ini adalah soal komitmen negara-negara maju paska periode 2008-2012. Pengurangan emisi lebih banyak adalah tuntutan yang harus dipenuhi oleh Negara-negara maju paska Protokol Kyoto 2012. Amerika Serikat menarik diri dari protokol pada bulan Maret 2001. Negara yang paling banyak mengemisikan CO2 (36.1% dari total emisi negara-negara maju) ini merasa pengurangan emisi CO2 akan menghambat pertumbuhan ekonomi di negaranya.
b. Bagaimana peranan Indonesia dalam hal ini ?
Sejak Konvensi di Rio de Jeneiro 1994 lalu, pemerintah Indonesia sudah membuat Undang-Undang yang mendukung mengenai masalah ini yaitu:
• Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3557);
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
• Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012).
Walaupun demikian, sebetulnya kebijakan dan peraturan pemerintah yang khusus untuk perdagangan karbon masih lemah walaupun pemerintah memberi peluang juga dalam Undang-undang No. 41 tahun 1999 dan PP No. 34 tahun 2002. Salah satu persoalan adalah bahwa kebijakan dan peraturan perundangan kehutanan kita selalu berubah dan kurang konsisten.
Permasalahannya sekarang ini terkait dengan perdagangan karbon adalah bahwa menurut kesepakatan Protokol Kyoto, perdagangan karbon hanya bisa melibatkan pohon atau hutan yang ditanam bukan dari hutan alam dan hanya pada hutan tanaman yang dikembangkan setelah tahun 1990. Kompensasi atas penyerapan karbon bisa dibayar untuk pohon yang ditanam melalui kegiatan penghutanan atau reboisasi serta beberapa bentuk kegiatan penanaman lainnya, diutamakan setelah tahun 1990. Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa cepat pertumbuhan dan berapa banyak karbon yang bisa di serap hutan yang dikembangkan setelah tahun 1990? Kebanyakan industri atau negara hanya mau membayar orang yang menanam pohon untuk menyerap karbon bukan pada hutan yang sudah tumbuh selama ratusan atau puluhan tahun.
Belum ada data yang pasti tentang potensi Indonesia untuk menyerap karbon tiap tahunnya, sedangkan kerusakan hutan yang terus terjadi akhir-akhir ini menyebabkan karbon di hutan berkurang dan pelepasan karbon meningkat sangat besar sekali. Antara tahun 1990 - 1994 saja telah terjadi penurunan daya serap gas karbon sebesar 77% akibat perubahan kawasan hutan sedangkan gas karbon yang dikeluarkan dari hutan meningkat sebesar 99 %. Melihat situasi ini, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara yang harus membayar kompensasi atas pengeluaran karbon ini.
Pemerintah Indonesia juga perlu berhati-hati dalam memahami motivasi dari orang-orang yang menanam pohon atau pemerintah dan masyarakat yang memiliki hutan untuk terlibat dalam upaya mendukung proses penimbunan karbon atau mungkin menuntut kompensasi karena sudah memiliki hutan yang mampu menyerap dan menimbun karbon. Mungkin saja ada eskploitasi oleh pemilik modal yang bisa bermain di pasar perdagangan karbon karena mereka bisa memiliki informasi yang lebih banyak dan tepat mengenai kredit dan harga karbon.
Pemerintah dan kaum ilmuwan masih harus mengkaji berapa jatah emisi dan yang bisa dijual guna memperoleh kredit untuk penanaman pohon melalui reboisasi. Petani atau masyarakat pedesaan sepantasnya mendapatkan keuntungan dari upaya penanaman sebagai bagian dari kompensasi penyerapan karbon ini. Petani kecil terlibat dalam berbagai proyek kehutanan seperti penghutanan, penanaman kayu untuk industri hutan, reboisasi atau rehabilitasi hutan, atau wanatani (agroforestri).
Mungkin langkah awal yang penting untuk dipertimbangkan adalah melakukan perencanan strategis dan operasional untuk pelaksanaan kegiatan di atas yang bisa dijadikan dasar perhitungan potensi penyerapan karbon. Dengan dasar ini pula bisa dikembangkan kebijakan, mekanisme, instrumen dan aturan main untuk mendapatkan kredit atau pendanaan untuk kegiatan tersebut dengan dasar perhitungan potensi karbon yang bisa diserap.t
Sedikit informasi dari hasil studi Strategi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (MBP), Indonesia memiliki potensi karbon yang dapat diperdagangkan sebesar 2 persen atau setara dengan 125 juta ton CO2. Jika diasumsikan harga Certified Emission Reductions (CER) di pasar internasional sebesar 6 dollar AS per ton CO2, maka nilai ekonomi yang akan diperoleh sekitar 750 juta dollar AS dari transaksi penjualan CER untuk periode komitmen I (2008-2012). CER adalah bentuk pengurangan emisi GRK dari proyek MPB yang disertifikasi.
Terlepas dari permasalahan tersebut dan bagaimana sebenarnya kita semua menyikapinya, pada penghujung tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah bagi Konferensi Perubahan Iklim mendatang di Bali. Beberapa isu yang akan terbahas antara lain adalah soal deforestasi dan carbon capture storage. Pada tanggal 3-14 Desember 2007, Bali akan menjadi saksi bisu bagi negosiasi internasional untuk mencegah bumi dari bencana perubahan iklim. Penunjukan ini tentunya merupakan komitmen yang diberikan oleh dunia kepada Indonesia untuk memimpin jalannya negosiasi tentang perubahan iklim.
2. Hal-hal yang bisa dilakukan secara pribadi.
a. Sebagai warga yang tinggal dekat dengan salah satu kawasan hutan tropis Indonesia, doronglah pemerintah untuk lebih concern dengan permasalahan di Taman Nasional (TN) khususnya TN Kutai. Tekanan terhadap benteng terakhir wilayah konservasi di Indonesia semakin besar. Perambahan dan penebangan liar menjadi momok menakutkan bagi deforestasi di Imdonesia khususnya TN Kutai. Jadilah masyarakat yang cerdas. Bencana di kalimantan Timur ini sedang mengancam. Bagaimana dengan Bontang, Kutai Timur dan Kutai Kertanegara? Jika dibiarkan, tinggal tunggu waktu saja.
b. Gunakan barang-barang yang hemat energi, bebas CFC dan ramah lingkungan.
c. Gunakan produk-produk yang dapat didaur ulang dan materi yang dapat diperbaiki atau digunakan kembali (Reuse, Reduce and Recycle). Hal ini akan menghemat sumberdaya, mengurangi polusi dan sampah.
d. Hemat penggunaan sumberdaya alam yang bisa habis seperti air, kayu, dll.
e. Cerdas dalam membeli kendaraan. Coba browsing EPA's Green Vehicle Guide and EPA/DOE Fuel Economy Guide. Website ini memberi informasi mengenai jenis-jenis kendaraan yang emisinya rendah dan hemat bahan bakar.
f. Gunakan kendaraan yang bisa menggunakan energi alternatif - Flex Fuel Vehicle (FFV). FFV bisa menggunakan bahan bakar campuran yang mengandung 85% ethanol atau gasoline tradisional. Ethanol dibuat dari sumberdaya yang bisa diperbaharui seperti jagung.
g. Berikan pendidikan tentang lingkungan sejak dini pada anak-anak. Coba browse Climate Change Kids Site dan lihat Climate Animations. Di website itu disajikan tentang informasi yang dikhususkan bagi anak-anak, disertai dengan permainan-permainan yang akan menolong mereka mempelajari tentang climate change dan apa yang bisa dilakukan mereka untuk mengurangi GRK.
h. Lebih penting lagi, informasikan hal ini kepada rekan-rekan sejawat sebanyak mungkin!
Begitu banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendukung pengurangan emisi GRK dan pemanasan global. Perubahan iklim adalah masalah yang dihadapi secara global sehingga membutuhkan upaya bersama untuk mengatasinya. Jika terlambat, menurut perkiraan para ahli, Indonesia akan kehilangan 2.000 pulau kecil yang mungkin akan tenggelam pada pertengahan abad ini. Pertanyaannya adalah seberapa perduli kita akan masalah yang sangat serius ini? Apakah hanya sekedar ungkapan kata-kata seperti: ‘Ya, saya perduli!’ Akan tetapi tidak melakukan apa-apa?
Jika bumi sebagai rumah kita hancur maka berakhirlah era manusia abad ini. Waktu semakin sempit. Sekecil apapun tindakan kita untuk mendukung hal ini, akan sangat berarti bagi bumi kita. Sekalipun situasi politik tidak kondusif dan banyak pihak yang mungkin memanfaatkan isu ini menjadi sebuah bisnis belaka, pilihan ada di tangan kita. Sambil menunggu hasil dari Konferensi Perubahan Iklim nanti, jadilah manusia yang bijaksana dan cerdas! Ayo bertindaklah! SEKARANG JUGA!!
Referensi sumber:
. Perdagangan Karbon. Warta Kebijakan No. 8, Pebruari 2003. CIFOR.
. Global Warming. Http://en.wikipedia.org/wiki/Global_warming
Aziz, Nasru Alam. MEKANISME PEMBANGUNAN BERSIH , Berdagang Karbon untuk Anak-Cucu. Kompas Cyber Media, Sabtu, 29 Oktober 2005.
Wasrin, Upik Rosalina. Potensi Perdagangan Karbon di Kehutanan. www.aphi-net.com
Situs terkait: http://www.wwf.or.id/climate; http://www.greenpeace.org; http://www.unfccc.int; http://www.earthcharter.org/ ; http://www.epa.gov/climatechange/; wikipedia (free encyclopedia).

Calophyllum inophyllum L..

Calophyllum inophyllum L..
[ Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
[Order/ pesanan]: Malpighiales
Keluarga: Clusiaceae [yang]
Subfamily: Kielmeyeroideae
Suku bangsa: Calophylleae
Jenis: Calophyllum
Jenis: C. inophyllum Nama binomial

Calophyllum inophyllum adalah suatu pohon pohon yang selalu hijau besar di (dalam) keluarga [itu] Clusiaceae, asli dari Afrika Timur, selatan India pantai ke Malesia dan Australia Austria. [Itu] [disebut/dipanggil] Ballnut atau, secara mengacaukan, " Pohon salam Alexandrian" ( [itu] bukanlah suatu pohon salam maupun asli ke Alexandria). Sekarang ini [itu] secara luas ditanami dalam semua daerah tropis dunia, mencakup beberapa Pulau Pacific. Oleh karena daun-daun menghias nya, bunga semerbak dan menyebar mahkota, [itu] terbaik dikenal sebagai suatu [pabrik/tumbuhan] berhubungan dengan perhiasan.

[Ini] merupakan suatu low-branching dan slow-growing pohon dengan suatu mahkota tidak beraturan dan lebar. [Itu] pada umumnya menjangkau 8 sampai 20 m di (dalam) tingginya. Bunga adalah 25 mm yang lebar/luas dan terjadi racemose atau paniculate susunan bunga di tangkai terdiri dari 4 sampai 15 bunga. Bunga kaleng terjadi sepanjang tahun, tetapi pada umumnya dua beda berbunga periode diamati, di (dalam) akhir-akhirnya [bersemi/ memantul] dan di (dalam) musim gugur akhir-akhirnya. Buah ( ballnut) adalah suatu putaran, buah berbiji hijau [yang] mencapai 2 sampai 4 cm di (dalam) garis tengah dan mempunyai;nikmati benih besar tunggal. Ketika matang, buah berkerut dan warna nya bervariasi dari kuning ke brownish-red.

Pohon ini sering berkembang dalam daerah pantai seperti halnya hutan dataran rendah di Scotlandia dekat. Bagaimanapun [itu] telah pula ditanami dengan sukses di (dalam) area dekat pulau/dalam negeri pada ketinggian moderat. [Itu] memaklumi macam lahan bervariasi, pasir pantai, tanah liat atau genap lahan diturunkan pangkat. Di (dalam) Tahiti [yang] mereka [sebut/panggil/hubungi] ia/nya ? ati atau tamanu[1] pohon. Beberapa jenis pohon tumbuh liar kelompok musim yang tropis di Pasifik. Di (dalam) Hawai?i, pohon dan kacang-kacangan [disebut/dipanggil] kamani; di (dalam) Fiji nama adalah dilo, walaupun fetau di (dalam) kedua-duanya Samoa dan Niu?, dan di (dalam) Tonga [itu] adalah feta?u atau tamanu[2]. Di (dalam) Vanuatu, panggilan yang asli minyak [itu] nambagura. Di (dalam) Tahiti, dinamai yang asli [itu] Tamanu Meminyaki. Variasi yang lebih disukai yang pohon melambaikan Vanuatu adalah calophyllum. Jenis ini dihormati [ketika;seperti] jenis yang utama antar semua (orang) yang lain untuk memproduksi mutu yang terbaik meminyaki dan [itu] adalah [yang] paling didambakan variasi pohon yang bertumbuh di manapun.

[ mengedit] Penggunaan Di samping menjadi [pabrik/tumbuhan] berhubungan dengan perhiasan populer, kayu nya adalah kuat dan [sulit/keras] dan telah digunakan konstruksi atau boatbuilding. Penduduk pulau Pacific tradisional menggunakan Calophyllum kayu untuk membangun lunas [dari;ttg] perahu lesung mereka [selagi/sedang] sisi perahu telah dibuat dari Kayu Buah sukun. Benih menghasilkan suatu minyak hijau [yang] gelap untuk lumas/lemak rambut atau penggunaan berhubung dengan obat. Ramuan aktip di (dalam) minyak dipercaya untuk memperbaharui jaringan/tisu, maka dicari oleh pabrikan kosmetik sebagai suatu ramuan di (dalam) kulit cremes. Kacang-Kacangan harus dengan baik mengeringkan [sebelum/di depan] pecah, setelah yang mana oil-laden inti harus lebih lanjut mengeringkan. Rata-Rata hasil minyak adalah 11.7 kg-oil/tree atau Metil Zat asam yang mengandung gemuk ester C. inophyllum minyak benih temu semua biodiesel kebutuhan yang utama di (dalam) AS [itu] ( ASTM D 6751-02, ASTM P 121-99), negara Jerman ( RIBUT V 51606) dan Perserikatan/Pipa sambung Mengenai Eropa ( En 14214). Rata-Rata hasil minyak adalah 11.7 kg-oil/tree atau 4680 kg-oil/hectare Pohon dihormati [ketika;seperti] suci dalam beberapa pulau Pacific oleh karena pertumbuhan [yang] sempurna nya di (dalam) lahan berpasir [sebagai/ketika] pohon rindang, minyak antibacterial/costmetic dan peran kunci [sebagai/ketika] lunas perahu lesung tradisional.

[ mengedit] Acuan" Stevens ( 1998). Calophyllum inophyllum. 2006 IUCN Yang merah Daftar Jenis Ter;Diancam. Iucn 2006. yang didapat kembali Pada [atas] 12 Mei 2006." Prospek dan potensi metil zat asam yang mengandung gemuk esters beberapa benih tidak tradisional meminyaki untuk penggunaan [sebagai/ketika] biodiesel di (dalam) India 1.^ Tamanu Tahitian boleh juga mengacu pada Calophyllum [itu] tacamahaca. Sesungguhnya banyak acuan perlakukan tacamahaca [itu] [sebagai/ketika] jenis yang sama [sebagai/ketika] inophyllum [itu]. 2.^ Tongan tamanu adalah Calophyllum vitiensis.



Ukuran

Kamani adalah suatu ukuran menengah ke pohon pohon yang selalu hijau besar 8–20 m ( 25–65 ft) di (dalam) tingginya, kadang-kadang mencapai atas [bagi/kepada] 35 m ( 115 ft). Langit-Langit Lebar adalah sering lebih besar dari tree’s tingginya ketika pohon tumbuh membuka penempatan. Format khas [Itu] mempunyai suatu lebar, menyebar mahkota, sering dengan cabang horisontal [yang] kenyal. Menyalak [yang] beruban/kelabu ringan menunjukkan celah dalam yang bertukar-tukar dengan punggung bukit/bubungan flat/kempes. Getah adalah putih seperti susu.

Berbunga
Ia/Nya membawa seikat 4–15 bunga [yang] putih semerbak tentang 2.5 cm ( 1) ke seberang dan 8–14 mm ( 0.3–0.6) dengan banyak [panjang/lama], tangkai kokoh di (dalam) daun axils. Ada 4–8 daun bunga bujur. Pohon boleh berbunga semua tahun, tetapi berbunga adalah paling berat terlambat spring/early musim panas dan akhir-akhirnya jatuh [yang] belahan bumi yang utara [itu].

Daun.
Daun-Daun Kebalikan [itu] adalah berkilauan gelap, dan tanpa rambut dengan mata pisau [yang] berbentuk lonjong 10–20 cm ( 4–8) merindukan dan 6–9 cm ( 2.4–3.6) lebar/luas. Kedua-Duanya ujung/persenan dan dasar daun-daun dibulatkan. Pembuluh darah Daun berjalan sejajar untuk satu sama lain dan tegaklurus kepada midrib [itu]. Nama yang ilmiah Calophyllum datang dari kata-kata Yunani untuk “ daun indah.”

Buah
Yang ball-shaped, buah-buahan hijau ringan berkembang dalam seikat. Buah-Buahan adalah 2–5 cm ( 0.8–2) di (dalam) garis tengah. Kulit, Yang menguning dan kemudian coklat dan mengerutkan ketika buah adalah matang, tutup bubur kayu yang tipis/encer, kulit/kerang, suatu corky lapisan bagian dalam, dan inti benih tunggal. Buah-Buahan pada umumnya [dipikul/dilahirkan] dua kali satu tahun. Di (dalam) Hawai‘i buah-buahan mundur dari April–June dan October–December.

TUMBUHAN BERKHASIAT MENGOBATI DEMAM YANG TERDAPAT DI TAMAN NASIONAL KUTAI

Taman Nasional Kutai merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah yang memiliki kekayaan flora hampir 1000 jenis. Sebanyak 220 jenis di antaranya merupakan tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat tradisional. Salah satu penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat tradisional adalah penyakit demam dan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan di antaranya adalah kembang semangkok (Scaphium macropodum), waru laut (Hibiscus tiliaceus), pule (Alstonia scholaris), luntas (Blumea lacera), daun kupu-kupu (Bauhinia tomentosa), mengkudu (Morinda citrifolia), sungkai (Peronema canescens) , lemba (Curculigo latifolia), nyiri (Xylocarpus granatum), petaling (Ochanostachys amentacea) , pacing (Coctus speciosus), durian (Durio zibethinus), sembung (Blumea balsamifera), beringin (Ficus benjamina), dan melati (Jasminum longiflorum). Berikut ini deskripsi beberapa tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat penyakit demam yang terdapat di Taman Nasional Kutai.

1. Pule (Alstonia scholaris); Famili: Apocynaceae
Tumbuhan ini berbentuk pohon dengan tinggi 20 – 25 m. Batang lurus, berkayu dan percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit dan bergetah putih. Daun tunggal tersusun melingkar, 4 – 9 helai, bentuknya lonjong sampai lanset, tepi rata, pertulangan menyirip dan warna hijau. Bunga majemuk, tersusun dalam malai yang keluar dari ujung tangkai, berwarna hijau terang sampai putih kekuningan dan berambut halus. Buah bumbung dan berbentuk pita dengan panjangnya 20 – 25 cm. Biji kecil, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya.
Kulit kayunya mengandung alkaloida ditanin, ekitamin (ditamin), ekitanin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin dan triperpen. Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunganya mengandung asam ursolat dan lupeol.
Tumbuhan ini tersebar mulai dari Cina, India, Asia Tenggara, hingga ke Australia.

2. Daun kupu-kupu (Bauhinia tomentosa); Famili: Caesalpiniaceae
Perdu dengan tinggi 2 – 3 meter. Batang tegak, berkayu, beralur dan berwarna hijau. Daun tunggal, duduk berseling, bentuk jantung, pangkal membulat, ujung membelah dua, tumpul, pertulangan menyirip, panjang 12 – 18 cm, lebar 10 – 15 cm dan berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, berkelamin dua, terletak di ketiak daun, kelopak lepas, licin, hijau, benang sari panjang 5 mm, kepala sari bulat, coklat, tangkai putik silindris, kepala putik kecil, dan berwarna hijau. Mahkota berbentuk bintang, lepas, halus dan berwarna kuning. Buah polong, bulat dan berwarna hitam. Biji bulat dan berwarna coklat.
Daun dan buah Bauhinia tomentosa mengandung saponin, flavonoida dan polifenol.

3. Marasi (Curculigo latifolia); Famili: Amaryllidaceae
Sejenis tumbuhan herba yang tumbuh secara berumpun yang agak besar. Daun berwarna hijau, keras atau kuat. Ukuran daun yang tua panjangnya antara 55 – 57 cm dan lebar 15 – 17 cm. Daunnya meruncing pada ujung dan pangkalnya. Tepi daun licin dan daun mempuyai banyak urat daun pada permukaannya. Bunga terdapat di dasar atau pangkal pokok. Setiap bunga mempunyai 6 kelopak dan berwarna kuning terang. Buah yang telah matang berbentuk beri, berwarna putih dan terasa manis bila dimakan. Tumbuhan ini mengandung curculin yang memiliki derajat kemanisan setara 350.000 sukrosa, sehingga berpotensi sebagai pemanis alami.
4. Pacing (Costus speciosus); Famili: Zingiberaceae
Merupakan perdu yang tumbuh pada tempat dengan sedikit naungan dan lembab.. Daun berbulu, berwarna hijau dengan batang beruas. Rimpang berbau seperti ragi jika diremas-remas. Bagian bawah batang berwarna hijau dan bagian atas berwarna kemerah-merahan. Lapisan kayu agak tipis, akan tetapi bagian bawah dan batang tua keras.
Rimpang dan bijinya mengandung diosgenin dan sitosterol (sapogenin).
Tumbuhan ini tersebar mulai dari India ke seluruh Asia Tenggara termasuk Indonesia sampai Taiwan dan Australia.

5. Waru laut (Hibiscus tiliaceus); Famili: Malvaceae
Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berupa pohon dengan tinggi ±15 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, dan berwarna coklat. Daun tunggal, bulat, diameter ±19 cm, pertulangan menjari, berkelenjar, daun penumpu panjang ±2,5 cm dan berwarna hijau keabu-abuan. Bunga berwarna kuning. Buah bulat telur, berbulu lebat, mempunyai ruang lima, panjang ±3 cm dan berwarna coklat.


6. Nyiri (Xylocarpus granatum); Famili: Meliaceae
Merupakan jenis mangrove dengan tinggi antara 10 – 20 meter dan memiliki akar lutut. Daun lonjong dengan ujung membulat, panjang 8 – 18,5 cm dan lebar 4 – 8 cm.Bunga berwarna putih dan berukuran kecil. Buah bulat berdiameter 18 – 25 cm dan berisi biji 6-12. Kulit buah keras, berserat dan terbagi 4 sekat. Biji 6-16 yang dibungkus lapisan spons.



Tabel 1. Tumbuhan berkhasiat sebagai obat demam dan cara penggunaannya.
No Famili Nama ilmiah Bagian yang digunakan Cara penggunaan
1 Apocynaceae Alstonia scholaris Kulit batang Kulit batang pulai 3 gram dicuci bersih lalu direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah dingin lalu disaring, tambahkan 1 sendok makan madu dan diaduk lalu diminum
2 Caesalpiniaceae Bauhinia tomentosa Daun Daun segar sebanyak ±15 gram dicuci, dirajang-rajang lalu diseduh dengan 1 gelas air matang. Hasil seduhan diminum sekaligus.
3 Amaryllidaceae Curculigo latifolia Akar, tumbuhan • Akar dimakan dalam keadaan mentah.
• Tumbuhan marasi dan bunga sepatu (Hibiscius rosasinensis) direbus dan airnya diminum.
4 Zingiberaceae Coctus speciosus Kayu Lapisan kayu yang keras setelah dihaluskan dengan air diatas batu lalu diminum.
5 Malvaceae Hibiscus tiliaceus Kaun Daun segar ± 15 gram direbus dengan 2 gelas air selama 20 menit, setelah dingin diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan sore.
6 Meliaceae Xylocarpus granatum Kulit kayu Kulit kayu direbus dan diminum sebanyak 150 ml 3 kali sehari selama 3 hari.
Tumbuhan berkhasiat sebagai obat demam di atas hanyalah beberapa tumbuhan yang telah berhasil diidentifikasi. Masih banyak kemungkinan bahwa Taman Nasional Kutai memiliki kekayaan flora lain yang juga bermanfaat sebagai obat demam, terutama tumbuhan yang telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat sekitar hutan. Menjadi tugas kita bersama untuk terus menggali kekayaan flora Taman Nasional Kutai.
Sumber:
www.pdpersi.co.id
www.iptek.apjii.or.id
www.sweetpee.wordpress.com

KUAU BESAR

Kuau besar (Argusianus argus) merupakan salah satu satwa dari famili Phasianidae atau keluarga ayam-ayaman. Burung ini memiliki gerak-gerik dan tubuh seperti merak. Kuau besar memiliki dua subspecies yaitu Argusiaun argus argus yang terdapat di Sumatera dan Semenanjung Melayu dan Argusianus argus grayi yang terdapat di Kalimantan.
Burung ini memiliki kepala dan leher berwarna biru dan tidak berbulu. Bulu badan kuau berwarna coklat kemerahan bercampur kuning serta berbintik kehitaman. Bulu sayapnya dihiasi bulatan-bulatan mirip mata yang tersusun teratur. Dari 12 bulu ekor yang dimilikinya kuau jantan, tampak dua helai ekor paling panjang dan terdapat tepat di tengah, yang biasa dipakai sebagai salah satu aksesori pada pakaian Suku Dayak selain bulu burung rangkong. Kuau memiliki panjang sekitar 170 cm (termasuk ekornya yang sepanjang 120 cm).
Kuau hidup di hutan dataran rendah, di tempat yang rimbun, kering dan berbatu. Makanannya berupa biji-bijian, buah-buahan, dan binatang kecil seperti cacing, keong, semut dan serangga. Tingkah lakunya menjadi sangat menarik pada awal musim berkembang biak. Kuau jantan akan memperlihatkan tarian di depan kuau betina dengan mengandalkan bulunya yang indah. Peragaan itu dilakukan di sebidang tanah berdiameter 3 – 5 m. Sebelum menari, kuau jantan akan membersihkan arena tersebut dari ranting-ranting dan dedaunan.
Dalam tarian itu, kuau jantan akan mengembangkan bulu sayapnya. Pada saat yang sama, kedua belas bulu ekornya terangkat serta mengembang, sehingga akhirnya membentuk sebuah kipas raksasa. Tepat di tengah-tengah kipas itu tampak dua helai bulu ekor yang panjang dan tegak menjulang tinggi. Perlahan-lahan kipas raksasa tersebut ditarik ke depan sehingga tubuh, kepala dan kakinya tersembunyi di balik bulu. Kemudian kipas itu digetarkan sehingga timbul suara gemerisik. Akhirnya, jika si betina tertarik, ia akan segera memasuki arena tersebut.
Setelah kawin, kuau betina akan menyusun sarang di semak-semak atau kadang-kadang di pohon. Kuau bertelur sebanyak 2 – 3 butir dan akan menetas setelah dierami selama 25 hari. Saat itu pula kuau jantan harus dipisah agar tidak mengganggu kuau betina dan anak-anaknya. Selama beberapa hari, anak-anak kuau hanya menerima makanan dari induknya, sebelum belajar mencari makan sendiri. Selama itu pula anak-anak kuau tetap tinggal bersama induknya.
Kuau tidak menyukai tempat yang terang dan hanya mau bersuara pada tempat yang gelap. Karena burung ini sulit dijumpai, maka arena berkembang biak menjadi salah satu tanda keberadaan satwa yang mulai terancam punah ini. Burung yang memiliki penciuman dan pendengaran yang sangat tajam ini menjadikannya sukar ditangkap. Namun kerusakan hutan menjadikan burung ini semakin kesulitan untuk mendapatkan tempat hidup. Burung yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 ini sempat dijumpai oleh tim peneliti dari BEBSiC (Borneo Ecological and Biodiversity Science Club) pada tahun 2003 di salah satu kawasan Taman Nasional Kutai. Namun dengan adanya kerusakan yang terus melanda di kawasan Taman Nasional Kutai, dikhawatirkan akan memusnahkan burung yang termasuk dalam daftar CITES – Appendix II ini.

OBAT LUKA DARI TAMAN NASIONAL KUTAI (TNK)

A. PENDAHULUAN

Taman Nasional Kutai yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi khususnya kekayaan flora, termasuk tumbuhan yang berkhasiat obat. Berdasarkan hasil survey balai Taman Nasional Kutai tahun 2005, 22.9% diantara kekayaan flora TNK merupakan jenis yang diidentifikasi berkhasiat obat. Identifikasi jenis yang berkhasiat obat tersebut didasarkan pada pemanfaatan masyarakat Kutai secara tradisional dan pemanfaatan industri farmasi.
No Nama Latin Nama Daerah Manfaat Bagian yang Digunakan Cara Penggunaan
1


Acanthus ilicifolius
Fam: Achantaceae Ciriju


Menghentikan darah, obat luka gigitan ular buah Buah dihancurkan dalam air dan dioleskan ke bagian yang luka
2

Aglaea sp.
Fam. Connaraceae
Akar ubar

Obat Sariawan getah pohon Getah diambil dari batang kemudian dioleskan pada bibir yang mengalami sariawan
3

Bauhinia tomentosa
Fam. Fabaceae Akar kupu-kupu Obat luka Daun daun akar kupu-kupu dicampur pucuk Rumput beribit dan jahe secukupnya kemudian ditumbuk ditempelkan pada permukaan luka
4 Cinnamomum sp.
Fam: Mirtaceae
Entang Burung Obat luka infeksi Kulit akar


Kulit akar dibersihkan lalu kemudian ditumbuk dan dibalurkan pada daerah yang mengalami luka infeksi
5 Clerodendron ineme
Fam. Verbenaceae Kembang bugang Luka memar, luka baru akar akar kering diekstraksi dan airnya dioleskan ke bagian yang luka
6

Koordersiodendron pinatum
Fam. Anacardiaceae Tebu hitam obat bengkak karena tumor dan infeksi kulit pohon kulit pohon direbus kemudian diminum
7
Lumnitzera racemosa
Fam. Comberatceae Obat sariawan daun Daun direbus dan dipajkai untuk kumur
8
Macaranga triloba
Fam. Euphorbiacea Mahang Obat Sariawan akar akar dioleskan pada bibir yang mengalami sariawan
9 Melastoma malabatrhicum
Fam.Melastomataceae Karamunting Obat luka, gatal, bengkak disengat lebah Buah Buahnya digosokkan pada bagian yang sakit
10
Octomeles sumatrana
Fam. Datiscaceae benuang bini Obat luka infeksi daun Daun ditumbuk kemudian direndam lalu dicucikan pada luka yang terkena infeksi
11

Rhisophora sp
Fam. Rhizophoraceae Bakau putih/bakau hitam Obat luka infeksi Kulit batang, daun muda Dilumatkan dan ditempelkan ke bagian tubuh yang luka
12
Smilax sp.
Fam.Smilacaceae Akar bentul Obat bisul umbi Umbinya di parut kemudian ditempel pada bisul
13

Streblus sp.
Fam. Moraceae Akar blaran merah Obat bisul Getah Getah dari akar blaran merah dioleskan pada bagian yang mengalami bisul
14

Streblus sp. Akar blaran putih Obat bisul Getah Getah dari akar blaran merah dioleskan pada bagian yang mengalami bisul
15 vitex pinnata
Fam. Verbenaceae laban Obat luka daun Daunnya direbus kemudian airnya disiramkan pada bagian yang luka
16
Xylocarpus granatum
Fam. Meliaceae Tambu-tambu Pembersih luka Air ekstrak Diekstrak dan airnya untuk membersihkan luka

Pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional beberapa tahun terakhir bahkan semakin populer dan semakin banyak peneliti yang tertarik untuk mengetahui kandungan kimia dari tumbuhan-tumbuhan tersebut.. Belakangan ini, makin banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan obat tradisional dari pada obat kimia. Selain karena harga obat kimia yang semakin mahal, juga untuk menghindari efek samping dari obat-obatan kimia
Berbagai jenis bagian tumbuhan dan berbagai jenis cara pula yang digunakan dalam pemanfatan tumbuhan tersebut seperti dimasak, dijemur, ditumbuk dll, namun cara pemanfaatan yang paling mudah adalah pemanfaatan untuk mengobati luka dimana sebagian besar cukup dengan diremas bisa langsung ditempelkan kebagian yang sakit dan penderita bisa langsung merasakan khasiatnya.
Luka memang suatu penyakit yang kedengarannya sepele dan sering dianggap enteng oleh banyak orang. Namun penyakit ini paling dekat dengan kehidupan kita dan sangat sering terjadi pada hampir setiap orang, baik luka ringan maupun luka berat. Bagi penderita yang berada di kota, yang dekat dengan pusat-pusat pelayanan kesehatan mungkin luka bisa diatasi dengan mudah karena tinggal mendatangi tempat-tempat tersebut dan membayarkan sejumlah uang penderita akan segera mendapat tindakan pengobatan. Namun bagi penderita yang ada didesa-desa bahkan jauh didalam hutan, tidak bisa seperti itu. Mereka yang tinggal di desa-desa atau di dalam hutan tidak bisa mendapatkan pelayanan tersebut atau bisa dikatakan tidak perlu mendapatkan pengobatan secara kimia, karena mereka secara turun-temurun telah menggunakan berbagai jenis tumbuhan untuk pengobatan berbagai macam penyakit, termasuk pengobatan luka.
Berdasarkan hasil survey tumbuhan obat di TNK akhir tahun 2005, obat luka (bisul, sariawan, infeksi, gatal-gatal dll) menempati urutan ketiga dalam urutan jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan tumbuhan obat yang ada di TNK setelah Obat sakit perut (sakit karena masuk angin, diare, disentri, berak berdarah) dan Obat kewanitaan (keputihan, jamu setelah melahirkan, memperbanyak ASI, pelancar haid dll
Jenis-jenis tumbuhan yang berkhasiat menyembuhkan luka antara lain adalah ciriju (Acanthus ilicifolius), akar ubar (Aglaea sp.), akar kupu-kupu (Bauhinia tomentosa), entang burung (Cinnamomum sp.), tebu hitam (Koordersiodendron pinatum), Lumnitzera racemosa, mahang (Maccaranga triloba), Karamunting (Melastoma malabatrhicum), binuang bini (Octomeles sumatrana), bakau putih dan bakau hitam (Rhisophora sp.), akar lemak putri (Smilax sp.), akar blaran merah (Streblus sp.), akar blaran putih (Streblus sp.), laban (Vitex pinnata), dan Tambu-tambu (Xylocarpus granatum).
B. Jenis Tumbuhan, manfaat, bagian tumbuhan yang dimanfaatkan dan cara pemanfaatan.


C. IDENTIFIKASI

1. Ciriju (Acanthus ilicifolius), Famili: Achantaceae
Herba rendah, batang kuat agak berkayu, tinggi hingga 2 meter. Akar udara muncul dari permukaan bawah batang horisontal.
Daun berbentuk lanset, ujung daun meruncing dan berduri tajam, duduk daun berhadapan, permukaan daun licin, tepi daun bervariasi: bergerigi besar seperti gergaji atau rata dan secara gradual menyempit menuju pangkal. Bunga berbentuk bulir, terletak diujung. Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang-kadang agak putih. Buah berbentuk bulat lonjong seperti melinjo, saat masih muda berwarna hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat.
Habitat dan Ekologi : biasanya hidup di dekat hutan mangrove dan sangat jarang di daratan
Distribusi : dari India hingga Australia tropis, Philipina dan Kepulauan Pasifik barat, tersebar diseluruh wilayah Indonesia,

2. Akar kupu-kupu (Bauhinia tomentos), Famili: Caesalpiniaceae
Bauhinia tomentosa merupakan perdu dengan tinggi 0,50 – 4 m. Kadang tanaman ini ditanam sebagai tanaman hias di kebun. Daunnya yang berasa asam dapat ditambahkan pada sayur asam. Ragam pemanfaatannya adalah dengan membuat bubur dari daunnya dan diletakkan pada bagian yang membengkak. Cara ini berkhasiat untuk mengobati bengkak.

3. Entang burung (Cinnamomum sp.), Famili: Lauraceae
Pohon, tinggi hingga 15 m, diameter batang sekitar 20 cm. Kulit batang berwarna coklat, duduk daun berhadapan, membundar telur atau lanset, panjang 7-18 cm, lebar 3-6 cm, pangkal membaji hingga membundar, ujung daun melancip hingga runcing panjang, permukaan bawah sedikit berlapis lilin kebiruan, bertulang 3. Bunga dalam bentuk tandan, berkelamin 2. Buah bulat telur, panjang sekitar 1 cm, diameter 8 mm, duduk di atas mangkuk tajuk yang bercuping.
Habitat dan Ekologi : Dalam hutan Dipterocarpaceae lahan pamah.
Distribusi : Endemik Borneo

4. Tebu Hitam (Koordersiodendron pinatum), Famili: Anacardiaceae
Nama daerah jenis ini adalah Tebu Hitam. Tumbuhan ini merupakan pohon yang besar. Hyne (1987) menyebutnya sebagai raksasa rimba. Tebu hitam merupakan pohon yang tingginya mencapai 50 m dan besar batangnya 2 m. daun berbentuk lanset, tulang daun menyirip (pinnate) dan tepinya berombak. Tata letak daun berhadapan, komposisi majemuk menyirip tunggal dengan jumlah anak daun 10 – 16 pasang. Sistem percabangan monopodial. Kulit batang berwarna coklat kehitaman dan permukaannya retak. Tumbuhan ini bermanfaat sebagai obat bengkak karena tumor dan luka infeksi juga dapat dimanfaatkan sebagai anti pacet.

5. Kembang bugang, (Clerodendron ineme), Famili: Verbenaceae
Belukar, menjalar melebar di permukaan tanah dengan ketinggian kurang dari 2 m. Daun tunggal, duduk daun berhadapan, bentuk daun ellips, ujung daun meruncing, permukaan daun hijau mengkilat, daun kaku dan tertekuk kedalam.
Bunga berbentuk lonceng terletak diketiak daun. Daun bermahkota 5 berwarna putih bersih, bagian bawah bertangkai panjang. Buah berbentuk bulat telur, berwarna hijau kecoklatan, permukaan seperti kulit, mengkilat dan berdaging.
Habitat dan Ekologi : tumbuh subur pada daerah lumpur kering, atau lumpur berpasir dibelakang kawasan hutan mangrove.
Distribusi : diperkirakan diseluruh Indonesia. Data sementara di Bali, Jawa dan Kalimantan.

6. Api-api (Lumnitzera racemosa), Famili: Combretaceae
Belukar atau pohon kecil, selalu hijau, tidak memiliki akar nafas. Daun tunggal, duduk daun berseling. Bentuk daun lanset, sunsang, ujung daun membundar. Daun agak tebal berdaging, keras/kaku dan berumpun pada ujung dahan. Bunga berbentuk bulir, mahkota bunga berwarna putih cerah, dipenuhi oleh nectar. Buah berbentuk elips, berwarna hijau kekuningan, berserat, berkayu dan padat.
Habitat dan Ekologi : tumbuh di sepanjang tepi mangrove. Menyukai substrat berlumpur padat. Juga terdapat di sepanjang jalur air yang dipengaruhi oleh air tawar.
Distribusi : di bagian timur Afrika tropis dan Madagaskar sampai Malaysia, di seluruh Indonesia, PNG, Australia utara dan Polinesia.

7. Mahang (Macaranga triloba), Famili: Euphorbiaceae
Pohon kecil atau perdu. Biasanya memiliki tinggi 3 hingga 6 m, bahkan kadang-kadang 13 m. Kayunya berwarna putih lunak berkualitas rendah dan bergetah. Bentuk daun oval dengan tepi berlekuk 3. pertulangan daun menjari. Kedudukan daun menyebar dengan komposisi tunggal. Ujung daun lancip. tulang daun berbulu halus. Permukaan batang mulus dan bergetah.

8. Karamunting (Melastoma malabatrhicum), Famili: Melastomataceae
Jenis ini merupakan tumbuhan yang hidup dibelukar luas dan kadang-kadang merupakan perdu yang cukup tinggi. Tumbuhan ini dikenal dengan nama daerah Kalimantan sebagai Karamunting namun umumnya di Indonesia dikenal dengan nama Harendong.
Daun berbentuk oval, permukaan daun berbulu, berwarna hijau keunguan. Bagian dalam buah berwarna ungu. Tumbuhan ini berkhasiat untuk menyembuhkan luka angus (luka bakar), berak darah, keputihan, murus, obat setelah melahirkan Daun tumbuhan ini dikunyah kemudian disemburkan pada luka angus dan luka dibalut dengan daunnya untuk mengisap rasa panas berkhasiat untuk mengobati luka bakar.

9. Binuang bini (Octomeles sumatrana), Famili: Datiscaceae
Pohon dengan tinggi hingga 60 – 80 m. Banir membentang tinggi hingga 10 m. Tajuk tahap pertama melonjong, dahan tersusun radial. Kulit batang berwarna abu-abu, halus. Daun tunggal, spiral, tepi daun rata, menjantung membundar, panjang 12 – 30 cm, lebar 6 – 3 cm, pertulangan daun menjari, tulang daun 5 – 7, mempunyai kelenjar domatia berbentuk biji besar terletak mengelompok di ketiak tulang daun. Tangkai daun panjang bersegi 5. Bunga berbentuk bulir tergantung, bunga tanpa tangkai, aktinomorf, berkelamin ganda, daun kelopak 4 – 9, daun mahkota 4 – 9, bebas, bakal buah terbenam, plasenta melekat di dinding luar, buah kapsul, biji kecil-kecil, banyak.
Habitat dan Ekologi : Biasanya di sepanjang sungai di hutan sekunder
Distribusi : Malesia kecuali Semenanjung Malaya, Jawa dan Nusa Tenggara

10. Bakau hitam/bakau putih (Rhisophora sp.), Famili: Rhizophora
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, diameter hingga 70 cm, kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horisontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah. Daun tunggal, duduk daun berhadapan, bentuk daun ellips sampai oblong, ujung daun meruncing. Bunga berwarna kuning pucat. Buah lonjong/panjang sampai 7cm, berwarna kecoklatan, seringkali kasar dibagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silinder dengan panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.
Habitat dan ekologi : Tumbuh pada tanah berlumpur halus dalam dan tergenang pada saat pasang normal lebih toleran pada substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok pada daerah pasang surut, dan sangat jarang ditemukan pada daerah yang jauh dari pasang surut.
Distribusi : Afrika timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara,, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia.
11. Nyirih (Xylocarpus granatum), Famili: Meliaceae
Pohon dapat mencapai ketinggian 20 m, memiliki akar papan yang melebar ke samping, meliuk-liuk dan membentuk celahan-celahan. Batang seringkali berlubang, khususnya pada pohong yang sudah tua. Kulit kayu berwarna coklat muda kekuningan, tipis dan mengelupas dan pada cabang yang lebih muda kulit kayu keriput.
Daun majemuk, duduk daun berhadapan, bentuk daun ellips – obovate, ujung daun membundar. Bunga berbentuk tandan yang muncul dari ketiak tangkai daun . Mahkota putih kehijauan, benangsari berwarna putih krem dan menyatu dalam satu tabung. Buah besar seperti maja, berat sampai 2 kg, diameter 10-20 cm, berwarna hijau kecoklatan. Didalam buah terdapat 6 – 16 biji besar-besar, berkayu dan berbentuk tetrahedral. Buah akan pecah saat kering.
Habitat dan Ekologi : Tumbuh disepanjang pinggiran sungai pasang surut, pinggir mangrove, dan lingkungan payau lainnya yang tidak terlalu asin. Seringkali tumbuh mengelompok dalam jumlah besar. Individu yang tua seringkali ditumbuhi epipit.

D. PENUTUP
Begitu banyak manfaat yang disediakan hutan kita, namun masih banyak pula yang belum menyadari betapa pentingnya keberadaan hutan dipertahankan. Tumbuhan berkhasiat menyembuhkan luka yang ada di Taman Nasional Kutai, hanyalah bagian kecil dari tumbuhan berkhasiat obat yang ada. Masih banyak tumbuhan berkhasiat obat lain baik yang sudah teridentifikasi maupun yang belum teridentifikasi. Masih banyak pula manfaat-manfaat lain dari TNK selain sebagai penyedia Tumbuhan Obat. Untuk itu: ”Marilah kita menjaganya sebelum kita menyesal karena tidak ada lagi yang bisa kita jaga”.

Daftar Pustaka:
Anonim. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fahutan IPB dan Latin. Bogor.
Anonim. 2005. Potensi Tumbuhan Berkhasiat Obat di Taman Nasional Kutai. Balai Taman Nasional Kutai. Bontang.
Anonim, 2006. Hutan Mangrove, Bagaimana memanfaatkannya secara lestari? Warta Konservasi Vol 14 no. 4 Oktober 2006.
Kebler, P.J.A. 2000. Pohon-Pohon Hutan Kalimantan Timur, Indonesia. Tropenbos-Kalimantan Timur Series 2.
Kebler, P.J.A. 2000. Secondary Forest Trees of Kalimantan, Indonesia. Tropenbos-Kalimantan Timur Series 3.

Fitofarmaka

TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT UNTUK WANITA
Oleh : Yulita Kabangnga’

A. PENDAHULUAN
Taman Nasional Kutai (TNK) sebagai salah salah satu kawasan yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan juga kaya akan jenis tumbuhan yang berkhasiat obat. Berdasarkan hasil survei yang pernah dilaksanakan di TNK teridentifikasi sekitar 220 jenis tumbuhan yang berkhasiat obat. Bahkan berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2005 yang dilaksanakan hanya pada 2 (dua) lokasi terdapat 215 jenis tumbuhan. Kalau dilakukan pada seluruh kawasan, jumlah ini tentu saja akan semakin besar karena berdasarkan persentasinya 43 % dari keseluruhan jenis merupakan tumbuhan berkhasiat obat, sementara di TNK jumlah jenis vegetasi adalah 958 jenis.
Berdasarkan hasil survei di TNK dan pada masyarakat sekitar kawasan disebutkan bahwa tumbuhan obat terbanyak yang dijumpai setelah tumbuhan untuk mengobati sakit perut/diare adalah tumbuhan obat untuk kewanitaan (keputihan, jamu setelah melahirkan, memperbanyak ASI, pelancar haid, dll.)

Dari beberapa hasil penelitian teridentifikasi 16 (enam belas) jenis tumbuhan yang berkhasiat untuk mengobati sakit perut/diare yaitu blangun mati (Conocarium sp.), entang burung (Cinnamomum sp.), jambu-jambu (Metroxyderos sp.), kapur (Dryobalanops aromatica), kumping (Aglaia odorata), mampat (Ixora sp.), murup (Mallotus peltatus), bentan dayak (Pandanus sp), pilung (Ochanostachys amentacca), retap (Adina polychepala), sengkuang (Dracontomelon dao), terap (Artocarpus elasticus), tete (Amommum maximum) dan beberapa jenis lain. Informasi tentang jenis vegetasi, bagian yang dimanfaatkan serta cara pemanfaatannya tetrsaji dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jenis, bagian yang di manfaatkan dan cara pemanfaatan
No Nama Lokal/ Nama Botani Kandungan Kimia Khasiat Bagian yang Digunakan Cara Pemanfaatan
1. Blangun mati (Conocarium sp.) Memperbanyak ASI Daun muda Dimakan sebagai lalapan
2 Entang burung (Cinnamomum sp.) Jamu sari rapet Akar Akarnya direbus dicampur dengan jahe kemudian diminum
3 Jambu-jambu (Metroxyderos sp.) Luka-luka, keputihan Kulit kayu
4 Kapur (Dryobalanops aromatica) Perangsang kulit, pencegah pendarahan Buah dan biji
Obat kuat ibu hamil Daun
5 Kumping (Aglaia odorata) Minyak atsiri Mengurangi menstruasi, penyakit kelamin Daun Daunnya direbus dengan air hingga berkurang setengahnya kemudian diminum
6 Lada hutan (Piper nigrum) Wanita nifas, minuman penyegar Buah Buahnya dimakan
7 Lirik Memperlancar persalinan Daun Daun direbus dengan air hingga menjadi setengahnya kemudian diminum
8 Mampat (Ixora sp.) Memperbanyak ASI dan meingkatkan daya tahan tubuh bayi dari penyakit Daun muda Daun mudanya dimakan baik sebagai sayur maupun lalap
9 Murup (Mallotus peltatus) Menambah nafsu makan dan jamu setelah persalinan Akar Akar direbus dengan menggunakan air hingga berkurang setengahnya kemudian diminum
10 Bentan dayak (Pandanus sp.) Jamu setelah persalinan, pembersih darah Akar Akar direbus dengan menggunakan air hingga berkurang setengahnya kemudian diminum
11 Pilung (Ochanostachys amentacea) Demam, pembersih badan setelah melahirkan Kulit kayu Kulit kayu direndam kemudian airnya diminum
12 Retap (Adina polychepala) Memperbanyak asi Daun muda Daun muda dijasikan sayuran kemudian dimakan
13 Saga (Adenanthera pavonia) Saponin Obat KB
Biji Bijinya disangrai kemudian dimakan
14 Sengkuang (Dracontomelon dao) Membantu mengeluarkan ari-ari pada wanita bersalin Kulit batang
15 Terap (Artocarpus elasticus) Membatasi kelahiran/KB Kulit batang

16 Tete (Amommum maximum)
Obat pembersih untuk wanita yang baru melahirkan Akar Akarnya direbus dengan air hingga berkurang stengahnya kemudian diminum

B. IDENTIFIKASI
1. Entang burung (Cinnamomum cuspidatum)
Pohon, tinggi hingga 15 m, diameter batang sekitar 20 cm. Kulit batang berwarna coklat, duduk daun berhadapan, membundar telur atau lanset, panjang 7-18 cm, lebar 3-6 cm, pangkal membaji hingga membundar, ujung daun melancip hingga runcing panjang, permukaan bawah sedikit berlapis lilin kebiruan, bertulang 3. Bunga dalam bentuk tandan, berkelamin 2. Buah bulat telur, panjang sekitar 1 cm, diameter 8 mm, duduk di atas mangkuk tajuk yang bercuping.
Habitat dan Ekologi : Dalam hutan Dipterocarpaceae lahan pamah.
Distribusi : Endemik Borneo

2. Kumping (Aglaia odorata BL); Famili : Meliaceae
Perdu, tegak, tinggi 2 - 5 m. Tangkai daun utama bersayap sempit, daun menyirip ganjil; anak daun 3 – 9, bertangkai pendek, bulat telur terbalik memanjang dengan kaki runcing. Bunga berkelamin 1 dalam bentuk malai rapat panjang 1,5 – 16 cm; tangkai bunga kebanyakan 3 – 4 mm. Bunga jantan mempunyai daun mahkota 5, tidak terbentang, panjang 2 – 2,5 mm, kuning. Benang sari beberkas 1; tabung benang sari di dalam bunga jantan pada pangkal dindingnya dipertebal kuat; kepala sari terbungkus dalam tabung. Buah berdaging 1 – 3 ruang, biji 1 – 3.

3. Mampat (Ixora sp.); Famili : Rubiaceae
Jenis ini merupakan pohon hutan yang mudah dijumpai di sepanjang boardwalk Sangkima. Mampat berkhasiat untuk memperbanyak ASI dan meningkatkan daya tahan tubuh bayi dari penyakit menular. Daun tumbuhan yang disayur dan dikonsumsi oleh ibu yang baru melahirkan dapat memperbanyak ASI.
4. Pilung (Ochanostachys amentacea) ; Famili : Olacaceae
Pohon tinggi hingga 30 m, diameter 20-40 cm. Kulit batang berwarna coklat abu-abu hingga merah kecoklatan. Daun membundar hingga menlonjong. Panjang daun 6-13 cm, lebar 3-7 cm, pangkal daun datar lebar hingga membundar, kadang-kadang asimetris, ujung daun melancip, daun tebal biasanya gundul, biasanya berbintil dikedua permukaan, sebagian berwarna kehitaman, tulang daun sekunder 5 atau 6 pasang. Tangkai daun panjang 1,5 – 2 cm, tidak menebal diujung.
Habitat dan Ekologi : Di lereng bukit dan sepanjang sungai dalam hutan primer
Distribusi : Kepulauan Andaman, Semenanjung Malaya, Sumatera dan Borneo

5. Retap (Adina polychepala); Famili : Rubiaceae
Pohon tinggi sampai 40 m, dengan diameter mencapai 80 cm. Kulit batang luar halus, coklat sampai kehitam-hitaman, kulit batang dalam berwarna pink sampai merah kecoklatan. Kayu pucat kuning. Stipul berbentuk segitiga, panjang 2-6 mm dan lebar 2-4 mm, stipule sangat cepat rontok. Daun berbentuk elips sampai membundar panjang 2-24 cm, lebar 4-10 cm, berbentuk seperti kertas sampai kulit, ujung daun runcing sampai meruncing, pertulangan daun lateral 6-14 pasang. Panjang tangkai daun sampai 3 cm
Habitat dan Ekologi : Hutan primer dan hutan sekunder dataran rendah
Distribusi : India, Burma, Thailand, Combodia, Vietnam, Malai Peninsula, Sumatera, Jawa, Filipina, Borneo


6. Sengkuang (Dracontomelon dao), Famili : Anacardiaceae
Dracontomelon dao atau sengkuang merupakan pohon besar dan disebut oleh Hyne (1987) sebagai raksasa rimba. Pohon ini merupakan salah satu pakan yang disukai satwa primata Kalimantan yaitu orangutan. Memiliki tinggi 55 m dan besar batangnya 3 m. Tumbuhan ini memiliki banir tipis yang tingginya 6 – 8 m. Daun berbentuk lanset, bersirip tunggal yang terdiri dari kurang dari 10 pasang anak daun. Pada tangkai daun terdapat bulu halus dan ada penebalan pada percabangan daun. Batang berwarna coklat, permukaan licin dan bopeng. Khasiat dari tumbuhan ini adalah untuk membantu persalinan. Ragam pemanfaatannya adalah dengan diseduh. Seduhan kulit batang dengan sagoer diberikan kepada wanita bersalin untuk membantu keluarnya ari-ari.

C. PENUTUP
Uraian tentang tumbuhan berkhasiat untuk obat di atas belum memuat semua jenis tumbuhan yang berkhasiat obat untuk wanita yang terdapat di Taman Nasional Kutai. Masih ada beberapa jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kutai dan Dayak, namun belum teridentifikasi secara jelas. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi lengkap dan penelitian lanjutan untuk mengetahui jenis tumbuhan berkhasiat obat lainnya dan kandungan kimia pada masing-masing jenis yang diidentifikasi memiliki khasiat.

Sumber bacaan:
Anonim. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fahutan IPB dan Latin. Bogor.
Anonim. 2005. Potensi Tumbuhan Berkhasiat Obat di Taman Nasional Kutai. Balai Taman Nasional Kutai. Bontang.
Kebler, P.J.A. 2000. Pohon-Pohon Hutan Kalimantan Timur, Indonesia. Tropenbos-Kalimantan Timur Series 2.
Kebler, P.J.A. 2000. Secondary Forest Trees of Kalimantan, Indonesia. Tropenbos-Kalimantan Timur Series 3.
Fitofarmaka

OBAT MALARIA DARI TAMAN NASIONAL KUTAI (TNK)
Oleh : Yulita Kabangnga’


A. PENDAHULUAN

Penyakit malaria merupakan penyakit yang cukup populer di wilayah tropis. Indonesia sebagai salah satu wilayah tropis merupakan salah satu tempat penyebaran penyakit yang cukup ditakuti banyak orang khususnya bagi mereka yang banyak berkecimpung di daerah hutan ataupun sekitar hutan. Penyakit yang ditularkan melalui melalui vektor nyamuk ini ditandai dengan munculnya demam setiap 3 – 4 hari.
Penyakit malaria memang bukan penyakit penyebab kematian tingkat tinggi namun akibatnya cukup parah. Demam yang tinggi dapat mengakibatkan penderita kehilangan kesadaran dan malaria falciparum bahkan bisa berakhir dengan kematian.
Obat yang dapat mencegah dan mengobati penyakit malaria untuk saat ini adalah berbagai obat medis dan kina. Namun selain obat-obatan tersebut saat ini juga dikenal beberapa jenis obat herbal yang dipercaya dapat mengobati penyakit malaria seperti sambiloto (Andrographis paniculata Nees), bratawali (Tinospora crispa, Miers), Johar (Cassia seamea), Secang, (Caesalpinia sappan L.), bagore (Caesalpinia crista) Sesuru (Euphorbia antiquorum L.), Murbei (Morus alba L.), Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia), Pepaya (Carica papaya, Linn.), Pule Pandak (Rauvolfia serpentine [L.]), Sengugu (Clerodendron serrature [L.], Srigading (Nyctanthes arbor-tristis L.), Meniran (Phylanthus urinaria, Linn.), Anting-anting (Acalypha australis Linn.), Bunga Matahari (Helianthus annuus Linn), Jarong (Achyranthes aspera Linn.), Pulutan (Urena lobata Linn.), Pare (Momordica charantia L.), Pinang (Areca catechu L), Beringin (Ficus benyamina L.), Pulai (Alstonia scholaris), Kenanga (Canangium odoratum, (Lamk.), Asam-asam (Santiria tomentosa), Krehau gunung (Calicarpa sp), entolan (Oroxylum indicum), belimbing hutan (Cnestis palala) dan lainnya. Jenis tanaman obat yang dicetak tebal merupakan tanaman yang dapat ditemukan di TNK. Lebih lanjut mengenai spesies tersebut dapat dilihat ditulisan berikut ini :

A. IDENTIFIKASI

1. PULAI (Alstonia scholaris [L.] R. Br.) Famili :Apocynaccae ,

Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 - 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 - 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm, warna hijau. Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 - 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang.
Tumbuhan ini sangat mudah diperoleh karena tersebar pada hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, pada hutan dataran rendah sampai 900 m dpl, bahkan dapat dengan mudah tumbuh jika ditanam di pekarangan atau ditanam sebagai pohon hias.
Habitat dan Ekologi : Hutan primer dan Sekunder, sepanjang tebing, punggung bukit pada tanah liat dan batu gamping.
Distribusi : India, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Bhutan, Pakistan, Burma, Thailand, Cambodia, China, Laos, Vietnam, Malesia, Australia, Solomon island, Borneo.

2. Kenanga, (Canangium odoratum, (Lamk.), Famili : Annonaceae

Kenanga (Canangium odoratum) adalah tumbuhan berbatang besar sampai diameter 0,1-0,7 meter dengan usia puluhan tahun. Tumbuhan kenangan mempunyai batang yang getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon ini dapat mencapai 5-20 meter. Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon dengan susunan bunga yang spesifik. Sebuah bunga kenanga terdiri dari 6 lembar daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi 3 lembar daun berwarna hijau. Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu. Bunga kenanga beraroma harum dan khas.
Habitat dan Ekologi : hutan sekunder dan pinggiran hutan, melimpah di desa-desa dimana sering tumbuh kerdil pada daerah yang ditanami.
Distribusi : tersebar luas dari India sampai fiji dan Borneo.
3. Beringin, (Ficus benyamina L.), Famili :Moraceae

Beringin banyak ditemukan di tepi jalan, pinggiran kota atau tumbuh di tepi jurang. Pohon besar, tinggi 20 - 25 m, berakar tunggang. Batang tegak, bulat, permukaan kasar, cokelat kehitaman, percabangan simpodial, pada batang keluar akar gantung (akar udara). Daun tunggal, bertangkai pendek, letak bersilang berhadapan, bentuknya lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3 - 6 cm, lebar 2 - 4 cm, pertulangan menyirip, hijau. Bunga tunggal, keluar dari ketiak daun, kelopak bentuk corong, mahkota bulat, halus, kuning kehijauan. Buah buni, bulat, panjang 0,5 - 1 cm, masih muda hijau, setelah tua merah. Biji bulat, keras, putih.

4. Entolan (Oroxylm indicum (L) Kurz.), Famili : Bignoniaceae

Pohon dengan tinggi sampai 40 meter dan diameter sampai 40 cm. Kulit batang halus putih abu-abu; bagian dalam kulit batang berwarna kekuningan, lapisan kayu luar lunak berwarna keputih-putihan. Duduk daun berhadapan, bentuk daun oval dengan panjang 5 – 12 cm dan lebar daun 2.5 – 7.5 cm. Pangkal daun membulat atau berbentuk hati, pada umumnya daun tidak simetris, ujung daun runcing atau meruncing, pinggir daun rata; tulang daun sekunder 4-6 pasang. Tangkai bunga 25 – 180 cm. Panjang bunga 7-10 cm, panjang kelopak 2,5 – 4 cm, panjang mahkota 10 cm, berwarna kuning kemerah-merahan.

Habitat dan ekologi pada hutan sekunder dengan wilayah penyebaran di Borneo: (Sabah, Serawak, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan).

5. Krehau (Callicarpa havilandii), Famili : Verbenaceae

Pohon kecil dengan tinggi sampai 8 meter, diameter sampai 20 cm. kulit batang halus keabu-abuan. Tertutup rapat dengan bulu kasar dengan panjang 2 – 3 mm. Daun ellips atau obovatus, dengan panjang 7-20 cm dan lebar 2,5-7 cm. Pangkal daun membaji sampai meruncing dan ujung daun runcing. Pinggir daun bergerigi, permukaan daun berambut. Buah berdiameter 2-4 mm berwarna hijau waktu muda dan buah masak berwarna merah.
Habitat dan Ekologi : Hutan primer dan sekunder, sering dijumpai pada sepanjang sungai.
Distribusi : Endemik borneo


B. Jenis, Bagian Yang di manfaatkan dan Cara Pemanfaatan

Bagian yang dapat digunakan dan cara pemanfaatan jenis tumbuhan berkhasiat obat malaria yang ada di Taman Nasional Kutai (TNK) adalah sebagai berikut :

No Nama Daerah/Botani Bagian yang digunakan Kandungan Kimia Cara Pemanfaatan
1 Beringin (Ficus benjamina) Daun Akar udara mengandung asam amino, fenol, gula, dan asam orange.
daun beringin kering sebanyak 50 - 120 g direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, daun beringin direbus lalu airnya digunakan untuk mandi.
2 Pulai (Alstonia scholaris) Kulit kayu Kulit kayu mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin. Kulit batang pulai yang sudah dikeringkan digiling menjadi bubuk, diambil sebanyak 2 sendok makan. Rebus dengan 2 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum sekaligus. Minum setiap hari sampai sembuh.
3 Kenanga (Canangium odoratum) Bunga minyak kenanga.
3 kuntum bunga kenanga yang sudah dikeringkan, diseduh dengan 1 gelas air panas dan ditutup rapat, disaring dan diminum secara teratur.
4 Asam –Asam (Santiria tomentosa) Daun Daun ditumbuk dan dicampur dengan jahe lalu diminum *
5 Krehau (Calicarpa sp) Daun Daun ditumbuk dan dicampur dengan jahe lalu diminum *
6 Entolan (Oroxylum indicum) Pucuk daun alkaloid, tannic acid, sitosterol and galactose. Pucuknya direbus kemudian dimakan*
Keterangan :
* Pemanfaatan tradisonal masyarakat Kutai, Kalimantan Timur.

C. Penutup.
Uraian tentang tumbuhan berkhasiat untuk obat penyakit malaria yang ada di Taman Nasional Kutai diatas belum memuat semua jenis tumbuhan obat malaria yang ada. Masih ada beberapa jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kutai untuk pengobatan malaria namun belum teridentifikasi secara jelas. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi lengkap dan penelitian lanjutan untuk mengetahui jenis tumbuhan berkhasiat obat lainnya dan kandungan kimia pada masing-masing jenis yang diidentifikasi berkhasiat.

Sumber Bacaan
Anonim, 2005. Potensi Tumbuhan Berkhasiat obat di Taman Nasional Kutai. Balai Taman Nasional Kutai, Bontang.
Anonim, 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Kerjasama Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fahutan IPB dan Latin. Bogor.
Kebler, P.J.A, 2000. Secondary Forest trees of Kalimantan, Indonesia. Tropenbos-Kalimantan Timur Series 3.

Minggu, 14 November 2010

Pedoman Praktis Beternak Ayam Kampung Pedaging

Di waktu yang singkat ini perkenankan kami untuk ikut melengkapi artikel atau pengetahuan tentang cara beternak ayam kampung pedaging. Banyak sudah artikel dan makalah yang ditulis oleh pakar dan ahli dibidangnya dalam masalah ini akan tetapi mengingat anemo masyarakat untuk mengetahui cara beternak yang baik dan praktis maka kami meluangkan waktu untuk bisa menulisnya. Semoga yang sedikit ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Mengubah sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif ke sistem semi intensif atau intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak sistem tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan tetapi kalau dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem intensif. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha beternak ayam kampung, maka perlu kiranya memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Bibit
Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Bibit ayam kampung (DOC) dapat diperoleh dengan cara : dengan membeli DOC ayam kampung langsung dari pembibit, membeli telur tetas dan menetaskannya sendiri, atau membeli indukan untuk menghasilkan telur tetas kemudian ditetaskan sendiri baik secara alami atau dengan bantuan mesin penetas. Kami tidak akan menguraikan sisi negatip dan positif cara mendapatkan DOC ayam kampung karena akan memerlukan halaman yang panjang nantinya. Secara singkat DOC ayam kampung yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.
2. Pakan
Kita ketahui bersama bahwa pakan mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha. Pakan untuk ayam kampung pedaging sebenarnya sangat fleksibel dan tidak serumit kalau kita beternak ayam pedaging, petelur atau puyuh sekalipun. Bahan pakan yang bisa diberikan antara lain : konsentrat, dedak, jagung, pakan alternatif seperti sisa dapur/warung, roti BS, mie instant remuk, bihun BS, dan lain sebagainya. Yang terpenting dalam menyusun atau memberikan ransum adalah kita tetap memperhatikan kebutuhan nutrisi ayam kampung yaitu protein kasar (PK) sebesar 12% dan energi metabolis (EM) sebesar 2500 Kkal/kg.
Jumlah pakan yang diberikan sesuai tingkatan umur adalah sebagai berikut :
• 7 gram/per hari sampai umur 1 minggu
• 19 gram/per hari sampai umur 2 minggu
• 34 gram/per hari sampai umur 3 minggu
• 47 gram/per hari sampai umur 4 minggu
• 58 gram/per hari sampai umur 5 minggu
• 66 gram/per hari sampai umur 6 minggu
• 72 gram/per hari sampai umur 7 minggu
• 74 gram/per hari sampai umur 8 minggu
Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap awal pemeliharaan perlu dicampur dengan vitamin+antibiotika.
3. Perkandangan
Syarat kandang yang baik : jarak kandang dengan permukiman minimal 5 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Sebaiknya memilih lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh bangunan atau tembok lain agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang.
Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan obat.
Ukuran kandang : tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi ada anjuran sebaiknya lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih dari 70 m. Yang perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2 minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam.
Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm. Model atap monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada lubang sebagai ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes.
Pemeliharaan ayam kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur 1-4 minggu) dan fase finisher (umur 5-8 minggu). Pada fase starter biasanya digunakan kandang bok (dengan pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal yang diberi pagar. Suhu dalam kandang bok biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada fase finisher digunakan kandang ren atau postal seperti model pemeliharaan ayam broiler.
4. Manajemen Pemeliharaan
Manajemen atau tatalaksana pemeliharaan memegang peranan tertinggi dalam keberhasilan suatu usaha peternakan yaitu sekitar 40%. Bibit berkualitas serta pakan yang berkualitas belum tentu memberikan jaminan keberhasilan suatu usaha apabila manajemen pemeliharaan yang diterapkan tidak tepat. Sistem pemeliharaan pada ayam kampung bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu :
• Ekstensif /tradisional (diumbar), tanpa ada kontrol pakan dan kesehatan
• Semi intensif (disediakan kandang dengan halaman berpagar), ada kontrol pakan dan kesehatan ternak akan tetapi tidak ketat
• Intensif (dikandangkan seperti ayam ras), ada kontrol pakan dan kesehatan dengan ketat
Model pemeliharaan ayam kampung secara intensif lebih disarankan dari yang lainnya terutama dalam hal kontrol penyakit. Sebenarnya masih banyak lagi manfaat dari cara beternak secara intensif, akan tetapi kami tidak dapat menguraikannya di sini.
5. Pengendalian Penyakit
Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengendalian penyakit. Kita semua akan setuju dengan statement “mencegah lebih baik daripada mengobati”. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain :
1. Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya
2. Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak
3. Melakukan vaksinasi secara teratur
4. Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit
5. Manajemen pemeliharaan yang baik
6. Kontrol terhadap binatang lain
Berikut kami uraikan sedikit beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang ayam kampung :
a. Tetelo (ND)
Penyebab : paramyxivirus
Gejala : ngorok dan batuk-batuk, gemetaran, kepala berputar-putar, kelumpuhan pada kaki dan sayap, kotoran berwarna putih kehijauan.
Pencegahan : vaksinasi secara teratur, sanitasi kandang, terhadap ayam yang terkena ND maka harus dibakar.
Pengobatan : belum ada
b. Gumboro (gumboro disease)
Penyebab : virus
Gejala : ayam tiba-tiba sakit dan gemetar serta bulu-bulunya berdiri, sangat lesu, lemah dan malas bergerak, diare putih di sekitar anus.
Pencegahan : vaksinasi teratur dan menjaga sanitasi kandang
Pengobatan : belum ada
c. Penyakit cacing ayam (worm disease)
Penyebab : Cacing
Gejala : pertumbuhan terhambat, kurang aktif, bulu kelihatan kusam.
Pencegahan : pemberian obat cacing secara berkala, sanitasi kandang yang baik, penggantian litter kandang secara berkala, dan mencegah serangga yang dapat menjadi induk semang perantara.
Pengobatan : pemberian obat cacing seperti pipedon-x liquid, sulfaquinoxalin, sulfamezatin, sulfamerazin, piperazin dan lain sebagainya
d. Berak kapur (Pullorum)
Penyebab : Bakteri Salmonella pullorum
Gejala : anak ayam bergerombol di bawah pemanas, kepala menunduk, kotoran melekat pada bulu-bulu disekitar anus
Pencegahan : mengusahakan induk terbebas dari penyakit ini, fumigasi yang tepat pada mesin penetas dan kandang
Pengobatan : noxal, quinoxalin 4, coxalin, neo terramycyn atau lainnya
e. Berak darah (Coccidiosis)
Penyebab : protozoa Eimeria sp.
Gejala : anak ayam terlihat sangat lesu, sayap terkulai, kotoran encer yang warnanya coklat campur darah, bulu-bulu disekitar anus kotor, ayam bergerombol di tepi atau sudut kandang.
Pencegahan : mengusahakan sanitasi yang baik dan sirkulasi udara yang baik pula atau bisa juga dengan pemberian coccidiostat pada makanan sesuai takaran
Pengobatan : noxal, sulfaquinoksalin, diklazuril atau lainnya
6. Pasca Panen dan Pemasaran
Pemasaran ayam kampung pada dasarnya mudah karena disamping jumlah permintaan yang tinggi, harga ayam kampung masih tergolong tinggi dan stabil, sedang produksi masih terbatas. Ayam kampung dapat dijual dalam bentuk hidup atau sudah dipotong (karkas). Rumah tangga, pengepul ayam, pasar tradisional, warung, supermarket sampai hotel berbintang membutuhkan pasokan ayam kampung ini. Harga ayam kampung hidup berkisar antara Rp 19.000 - Rp 22.000/ekor di tingkat peternak.
7. Pengelolaan Produksi
Sebagai seorang peternak yang profesional maka perlu untuk menjaga agar produksi yang kita lakukan dapat memenuhi standar kualitas dan kontinuitas produk. Maka diperlukan pengelolaan atau pengaturan produksi agar usaha kita dapat berproduksi secara kontinyu. Untuk kekontinuitasan usaha perlu pengaturan dan penjadwalan secara teratur kapan DOC masuk dan kapan ayam di panen, karena hal itu lebih disukai oleh pengepul atau mitra kerja kita daripada hanya sekali panen dalam jumlah banyak. Tapi perlu diingat juga bahwa pengelolaan produksi sangat terkait dengan modal, ketersediaan kandang, jumlah ketersediaan DOC, dan jumlah permintaan ayam siap panen.
Mudah-mudahan uraian di atas dapat menambah pengetahuan kita dalam hal beternak dan menjadikan cara beternak kita lebih baik. Saran dan kritik selalu kami nantikan untuk kemajuan kita bersama. Semoga kesuksesan selalu menyertai kita bersama. Aamiin…*(SPt)
Anda dapat mencopy isi artikel ini sebagian atau seluruhnya dengan menyebutkan sumbernya : www.sentralternak.com