Cari Blog Ini

Minggu, 06 Juni 2010

Manfaat Aren bagi peningkatan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan Hutan

Tanaman Aren atau Enau (Arenga pinnata Merr) merupakan tanaman tahunan yang berumur panjang, salah satu anggota dari suku Arecaceae (palem-paleman). Tumbuhan ini dikenal dengan pelbagai nama seperti enau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sd.); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara), dan lain-lain. Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara, tersebar luasdi berbagai negara tropis tersebar pada hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama terdapat di 14 provinsi, seperti: Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Kalimantan dan Nangroe Aceh Darussalam.
Pohon Aren adalah tanaman pionir, artinya tanaman yang bisa tumbuh di tempat-tempat dimana tumbuhan lain tidak bisa. Penyebarannya pun cukup luas, dari pantai hingga puncak-puncak gunung dan hutan tropis basah.
Pohon Aren pada umumnya tumbuh secara liar, tanpa upaya pembudidayaan. Secara alami penyebaran Aren dilakukan oleh binatang-binatang seperti Musang, Babi Hutan, Monyet dan sebagainya. Hewan tersebut tidak dapat mencerna buah aren dengan baik, sehingga keluar bersama fesesnya dalam bentuk yang masih utuh. Jika lingkungan memungkinkan, biji tersebut akan berkecambah dan tumbuh subur sebagai pohon Aren. Itulah kenapa pohon Aren biasanya ditemui di pinggiran sungai, Mata air dan tempat-tempat yang sulit terjangkau oleh manusia.
Dari tahun ke tahun pohon Aren semakin sulit ditemui, bahkan di beberapa tempat (daerah) bisa di bilang tanaman Aren tinggal sejarahnya saja. Beberapa hal bisa diidentifikasi sebagai penyebabnya, antara lain :
1. Semakin berkurangnya populasi satwa (Musang, Bajing, Babi Hutan,dsb) yang selama ini membantu penyebaran alami biji Aren.
2. Fisiologis biji Aren, mempunyai kulit biji yang sangat tebal sehingga mempersulit perkecambahan.
3. Volume penebangan pohon produktif cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industry mie So’un.
4. Anggapan keliru dari sebagian masyarakat tentang pohon Aren, dimana pohon Aren dianggap sebagai pohon yang angker sehingga masyarakat lebih memilih menebang dan kurang suka untuk menanam.
5. Perbanyakan bibit dan penanaman oleh manusia belum banyak dilakukan.
6. Terdesak oleh jenis-jenis pohon lain yang dianggap lebih tinggi nilai ekonominya seperti jati, mahoni, sengon dsb.
Untuk melestarikan pohon Aren campur tangan manusia sangat lah diperlukan terutama dalam hal regenarasi tanaman dan merubah persepsi negatif terhadap pohon Aren menjadi persepsi yang positif.
Potensi Aren
Dari tahun ke tahun terjadi kesenjangan antara produksi gula tebu Indonesia dan kebutuhan gula secara nasional. Tercatat pada tahun 2006, produksi gula tebu sebesar 2,30 juta ton. Sementara kebutuhan nasional sebesar 2,6 juta ton. Berarti Indonesia mengalami defisit dan harus mengimpor gula sebesar 300.000 ton per tahun, dimana berdasarkan perkiraan bahwa kebutuhan gula nasional akan semakin tinggi hingga mencapai 10 juta ton per tahun.
Sejalan dengan waktu, mesin-mesin pabrik gula makin tua makin turun kinerjanya. Sementara itu, industri gula di negara lain makin lama makin menunjukkan kinerja yang baik, terutama di Thailand, Amerika Latin, China dan India. Akhirnya yang terjadi suplai gula secara internasional mengalami pertambahan dengan harga yang makin bersaing. Pada akhirnya ketimpangan antara produksi gula nasional dan kebutuhan manjadi semakin besar dan ketergantungan Indonesia akan impor gula pun akan semakin tinggi.
Keadaan ini bukan tidak disadari oleh pemerintah. Ekplorasi untuk menemukan sumber-sumber bahan baku gula dan sumber-sumber bio-fuel pun kemudian dilakukan. Salah satu yang kemudian dilirik adalah Aren.
Manfaat Aren bagi peningkatan ekonomi petani
Banyak manfaat yang bisa diambil dari pohon Aren, Menurut ekolog Dr. Willie Smits (2003), ada 200 lapangan kerja tercipta dari 1 hektar perkebunan Aren dan 50 manfaat ekonomi bisa diambil dari pohon Aren. Antara lain :
Nira dan Gula
Gula Aren diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu untuk menampung cairan yang menetes. Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore.
Setelah dikumpulkan, nira segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula aren bongkahan (gula gandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut juga sebagai gula semut. Saat ini harga gula kristal Aren di pasar ekspor adalah sebesar Rp 50.000,- per kilogram, hampir tujuh kali harga gula putih tebu.
Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa di fermentasi menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan (Garcinia) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit.
Dengan membubuhkan bahan yang lain, atau dengan membiarkan begitu saja selama beberapa hari, nira dapat berfermentasi menjadi cuka. Cuka dari aren ini kini tidak lagi populer, terdesak oleh cuka buatan pabrik. Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa), sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti.
Buah aren dan kolang-kaling
Buah aren (dinamai beluluk, caruluk dan lain-lain) memiliki 2 atau 3 butir inti biji (endosperma) yang berwarna putih tersalut batok tipis yang keras. Buah yang muda intinya masih lunak dan agak bening. Buah muda dibakar atau direbus untuk mengeluarkan intinya, dan kemudian inti-inti biji itu direndam dalam air kapur beberapa hari untuk menghilangkan getahnya yang gatal dan beracun. Cara lainnya, buah muda dikukus selama tiga jam dan setelah dikupas, inti bijinya dipukul gepeng dan kemudian direndam dalam air selama 10-20 hari. Inti biji yang telah diolah itu, diperdagangkan di pasar sebagai buah atep (buah atap) atau kolang-kaling. Kolang-kaling disukai sebagai campuran es, manisan atau dimasak sebagai kolak. Teristimewa sebagai hidangan berbuka puasa di bulan Ramadhan.
Batang
Dari batangnya bisa digunakan untuk mebel, asesoris dan ijuk bisa digunakan sebagai filter, sapu, media tumbuh, penahan air dalam tanah, sikat, atap cottages atau hiasan2 interior lainnya. Ijuk yang dipakai untuk keperluan ini berasal dari pohon aren muda dan belum mengeluarkan bunga. Tekstur ijuk dari pohon aren muda halus dan lentur. Sementara yang berasal dari pohon tua, ijuknya kasar dan warna hitamnya tidak begitu menarik. Daun mudanya digunakan kaum aki-aki dipedesaan sebagai pembungkus tembakau. Namanya rokok kawung. Belum lagi, lidi, pelepah dan batangnya sebagai penghasil tepung ( pati aren)
Akar
Akar pohon aren bisa dipakai untuk membuat anyam-anyaman. Rendam lebih dahulu dalam air hingga kulitnya mengelupas lalu dibelah-belah. Para sais delman jaman dahulu kala memanfaatkan akar tanaman aren sebagai pecut kuda. Selain itu akar aren sering dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional penghancur batu kandung kemih.
So, mengapa hal ini belum menarik masyarakat yang bermukim di sekitar Taman Nasional Kutai untuk mengembangkan komoditas Aren sebagai peluang usaha baru yang menjanjikan. Jika tanaman ini di kelola dengan layak, potensi ekonominya sebagai upaya pengurangan penduduk miskin bukanlah hal mustahil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar